SURABAYA, FaktualNews.co – Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan alat tangkap ikan membuat nelayan Surabaya, Jawa Timur menjerit.
Kasman (65) nelayan asal Kenjeran Surabaya ini mengaku dengan kenaikan harga sejumlah komoditas terutama premium mengakibatkan pendapatannya menurun.
“Kami itu nelayan kecil, bagaimana kalau semuanya naik ya kita ini yang merasakannya. Enak mereka yang disana nggak tergantung bahan bakar,” keluhnya, Selasa (3/4/2018).
Pria yang sudah puluhan tahun sebagai nelayan itu berharap pemerintah meninjau ulang kebijakannya supaya tidak menaikkan harga BBM.
“Kalau bisa tidak usah naik, sudah hasil tangkapan susah didapat, bensin juga naik,” harap Kasman.
Bukan hanya soal BBM, beberapa alat tangkap seperti jaring dan alat tangkap kerang (garuk) juga naik. Akhirnya mau tidak mau dirinya harus mengurangi jatah duit untuk keluarga.
“Garuk naik, sekarang harganya sekitar 150 ribu, kalau jala kakap itu bisa 1,5 juta rupiah. Ya hanya cukup buat makan, sudah nggak bisa lagi nabung,” katanya.
Dalam sekali jalan, Kasman mengaku menghabiskan sekitar 6 liter premium. Biasanya ia berangkat sore hari sekitar pukul 03.00 WIB dan kembali pada pukul 08.00 malam.
Sependapat apa yang dikeluhkan Kasman, seorang nelayan pencari kerang warga Pogot Kenjeran Surabaya bernama Hartono (48) mengatakan jika kondisinya memang tidak lebih baik pada tahun ini bila dibandingkan tahun sebelumnya.
“Kalau dibandingkan tahun lalu memang lebih baik, tahun ini agak susah. Tapi, bulan ini kebetulan musimnya jadi kita sedikit tidak terasa,” ucap Hartono sambil memeriksa perahunya di pantai Kenjeran Surabaya.
Saat tidak musim ikan, ia mensiasati dengan melakukan pekerjaan lain sebagai tukang bangunan atau sekedar memperbaiki perahu dan jala.
Apa yang dikeluhkan nelayan sesuai dengan data yang disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur bahwa bulan ini nilai tukar nelayan atau kesejahteraan nelayan bulan ini menurun akibat kenaikan sejumlah komoditas pangan, kenaikan BBM dan harga alat tangkap seperti jalan dan pancing.