Peristiwa

Masinis Kereta Sancaka Berpulang, Sosok Dermawan Itu Hilang

MADIUN, FaktualNews.co – Suasana lorong ruang kamar bedah mayat RS Suroto Ngawi, Jawa Timur, yang semula sepi mendadak ramai. Tangis histeris menggema diantara tembok bangunan rumahsakit pelat merah itu.

Sejumlah pria berpakaian khas rumahsakit mendorong troli yang di atasnya tergeletak sesosok tubuh pria bernama Mustofa. Ia merupakan masinis Kereta Api Sancaka.

Bapak satu anak itu mengalami nasib nahas. Saat kereta tujuan Yogyakarta-Surabaya yang dikemudikannya, terlibat kecelakaan dengan truk trailer di perlintasan tanpa palang pintu Dusun Dadung, Desa Sambirejo, Kecamatan Mantingan, Ngawi, pada Jumat 6 April 2018 petang.

Pria berusia 30 tahun itu tewas setelah tubuhnya tegenjet bodi lokomotif saat kecelakaan berlangsung. Petugas pun membutuhkan waktu cukup lama untuk mengevakuasi jasad suami Dian Artika Utami Sari itu.

Sekira satu jam lebih, jenazah Mustofa diperiksa petugas. Hingga akhirnya, para petinggi Polres Ngawi pun keluar dari dalam kamar seram itu. Tak banyak kata yang terucap. Hanya memastikan, visum telah usai.

Jenazah Mustofa akhirnya di angkut ke rumah duka di Desa Sumberbening, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun. Sejumlah pelayat dan kerabat yang sejak malam sudah hilir mudik tak kuat menahan pilu saat mobil ambulan memasuki halaman rumah.

Dian Artika Utami Sari, istri almarhum Mustofa, masinis KA Sancaka yang tewas akibat kecelakaan di Ngawi

Tak terkecuali Dian Artika Utami Sari. Sedari jenazah sang suami tiba, perempuan itu tak beringsut dari duduknya. Ia terus menghadap ke keranda bertutup kain putih di depannya. Buliran air bening terus mengalir di kedua kelopak mata.

Maklum saja, sosok di dalam keranda itu adalah teman hidupnya selama ini. Pria santun itu kini telah meninggalkannya. “Almarhum meninggalkan istri dan seorang balita,” tutur Suparno Hadi, kakak korban, Sabtu (7/4/2018).

Tak hanya di mata sang istri, bagi keluarga besarnya, Mustofa merupakan sosok yang ringan tangan dan suka membantu antar sesama. Masinis KA Sancaka itu juga terkenal dermawan. Di kalangan para sahabat, Mustofa disebut-sebut sebagai kawan yang gemar dalam berbagi.

“Orangnya baik sekali. Kepada keluarga, anak istri, tidak pernah kasar. Kepada rekan-rekannya juga sangat baik, lagi pula dia juga suka membantu sesama,” imbuh Hadi yang juga tak kuasa menahan kesedihan.

Awalnya, keluarga tak mengira jika yang hari itu sedang bertugas mengantar penumpang tujuan Yogyakarta-Surabaya harus pulang dengan mata terpejam selamanya. Pihak keluarga sama sekali tidak mendapatkan firasat apapun.

“Tidak ada firasat apapun. Beberapa waktu kemarin juga biasa saja, tidak menunjukan adanya tanda-tanda bakal seperti ini,” paparnya.

Ia pun bahkan sempat tak percaya saat pihak PT. Kereta Api Indonesia (KAI) memberikan kabar melalui telepon, terkait musibah yang menimpa Mustofa.

“Kami semua makin terkejut saat diminta datang ke RS Suroto Ngawi. Ternyata di sana, adik saya sudah meninggal dunia,” terangnya.

Suparno berharap semua pihak bisa mengambil hikmah atas musibah tersebut. Seluruh sarana-prasarana berkaitan dengan keamanan dan keselamatan sebaiknya untuk segera diperbaiki. Sehingga kejadian serupa tidak terulang kembali.

“Khusus untuk keluarga, kami berharap ada perhatian PT. KAI. Karena Mustofa ini juga merupakan satu-satunya tulang punggung keluarga,” tandasnya.