Mengulik Praktik Prostitusi di Kota Santri, Jombang
JOMBANG, FaktualNews.co – Kabupaten Jombang, Jawa Timur, begitu kondang dengan sebutan Kota Santri. Bagaimana tidak, terdapat puluhan ribu santri yang menimba ilmu dan mengaji di kota ini.
Namun, dibalik itu semua, siapa sangka praktik prostitusi di Kota Santri justru kian menjadi-jadi. Keberadaan bisnis esek-esek di Kabupaten Jombang, bak jamur di musim hujan, tumbuh subur dan ‘teratur’.
Ternyata, dikalangan anak muda, keberadaan praktik prostitusi bukan merupakan hal yang asing. Menurut mereka, sedari dulu, bisnis syahwat ini sudah berkembang di Kabupaten Jombang.
“Ya sudah sejak dulu ada (prostitusi, red) di Jombang. Misalnya seperti di Mojoagung, Kabuh, Tunggorono, itu yang terlihat. Yang tidak begitu mencolok justru lebih banyak,” tutur SS, pria penikmat ‘wisata seks’ di Kabupaten Jombang, Minggu (22/4/2018).
Sejak beberapa waktu lalu, petugas baik dari Satpol PP maupun Polres Jombang, sudah melakukan penutupan di dua lokalisasi di Jombang, yakni di Tunggorono dan Kabuh. Namun, pada praktiknya, hingga kini bisnis esek-esek masih berjalan dengan lancar.
“Kalau di Kabuh mungkin tidak seperti dulu, sekarang paling tinggal beberapa saja. Namun, kalau di Tunggorono dan Mojoagung masih jalan terus,” tutur pria yang kini berusia 27 tahun itu.
Hampir setiap pekan, SS mengaku, bisa menikmati ‘service’ dari para wanita yang menjajakan tubuhnya itu. Baik di wilayah Tunggorono, Kota Jombang, maupun di Mojoagung. Menurutnya, ia bisa dengan mudah mendapatkan para pekerja seks komersial (PSK) yang diinginkannya.
“Kalau di Tunggorono banyak. Sekarang tidak sedikit kok yang muda-muda di sana. Di Mojoagung juga seperti itu, tidak sulit mencarinya,” papar SS saat ditemui di salah satu cafe di yang tak jauh dari Alun-alun Jombang.
Kaum hawa yang menjajakan kemolekan tubuhnya itu, lanjut SS, memang tidak vulgar seperti dahulu. Sebelum, petugas penegak ketertiban dan aparat kepolisian gencar melakukan razia. Para PSK biasanya berpakaian biasa layaknya pramusaji.
“Misalnya di warung, ia berpakaian seperti biasa. Kalau di tempat karaoke, biasanya pakai rok pendek tapi jika sudah di dalam ruangan, kalau di luar biasanya pakaiannya sedikit tertutub. Sekarang banyak tempat karaoke di Jombang. Mereka menjadi purel (pemandu lagu) di situ,” terang SS.
Ungkapan senada disampaikan Wn, salah seroang pemuda asal Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang. Pemuda berusia 29 tahun ini mengaku sudah beberapa kali menggunakan ‘layanan’ dari para PSK yang beroprasi di Kota Santri.
“Pernah beberapa kali. Saya dapatnya di tempat karaoke. Kalau ‘mainnya’ di hotel. Gampang kok nyari itu (PSK). Sampean (kamu) tawarin saja, pasti mayoritas mau,” jelas pemuda yang bekerja di salah satu perusahaan swasta ini.