SURABAYA, FaktualNews.co – Desakan dari berbagai pihak agar pembangunan jembatan baru menggantikan jembatan Widang yang ambruk beberapa waktu lalu bisa selesai H-10 sebelum lebaran Juni mendatang, bukan persoalan mudah. Pihak Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII harus bekerja keras kebut pembangunan jembatan agar target itu terlaksana.
Dalam wawancara singkat dengan Kepala (BBPJN) VIII I Ketut Darmawahana dikantornya mengatakan, bahwa tugas institusi di bawah kepemimpinannya itu tidak hanya fokus pada pembangunan jembatan. Melainkan juga pada upaya pengangkatan bagian jembatan lama ke permukaan yang tak kalah sulitnya.
Bagian jembatan lama ini nanti, akan dijadikan barang bukti selama pemeriksaan oleh petugas kepolisian. Hal itu guna mencari penyebab tragedi ambruknya Jembatan yang telah menelan korban jiwa tersebut.
“Awalnya saya minta konsentrasi pada pembangunan jembatan baru karena bagian jembatan yang dijadikan barang bukti jatuh ke dasar sungai, saya pikir itu jelas memakan waktu lama jika harus menunggu pekerjaan mengangkat barang bukti dulu baru membangun jembatan. Tapi petugas kepolisian bilang tidak bisa, ya terpaksa kita kerjakan keduanya,” terang I Ketut, Kamis (3/5/2018).
Ketut bercerita, ia sempat kerepotan mencari pihak yang mampu mengangkat bagian jembatan lama itu dengan biaya murah dalam waktu yang singkat. Bahkan beberapa pihak dipertimbangkan, akhirnya ia memilih tim dari Madura untuk melaksanakannya.
“Perhitungannya, saat tim ini selesai mengangkat. Kita sudah selesai membangun satu sisi jembatan dan kita bisa bekerja disini (lokasi pengangkatan barang bukti), diperkirakan 10 hari kerja bisa selesai, ternyata 1 minggu,” lanjut I Ketut, sambil menjelaskan melalui sketsa yang dibuat.
Sedangkan jembatan yang dibuat oleh timnya, diakui masih beberapa persen saja. Tapi ia menegaskan jika target H-10 yang diharapkan sejumlah pihak bakal terpenuhi.
“Ini kelihatan lambat, tapi begitu masuk tiga segmen akan berjalan cepat karena dibuat di darat. Awalnya butuh waktu yang lebih lama, tapi target saya H-10 itu harus sudah oke,” tandasnya.
Agar pekerjaan maksimal, I Ketut terpaksa memasang kamera CCTV untuk memonitor progress pembangunan jembatan supaya berjalan sesuai yang direncanakan. Model jembatan nanti, disampaikan pejabat tiga periode ini juga tidak sama dengan jembatan lama, termasuk bahan konstruksi baja yang digunakan.
“Namun masa pakai masih sama dengan jembatan lama yakni 50 tahun. Rata-rata jembatan usianya 50 tahun, kecuali Suramadu yang hingga 100 tahun,” singkatnya.
BBPJN Minta Jembatan Timbang Difungsikan Kembali
INDIKASI awal penyebab ambruknya jembatan kembali ditegaskan I Ketut, akibat beban berlebihan pada kendaraan yang saat itu melintas. Beberapa pihak, antara lain Men PUPR, KemenHub dan perusahaan semen pemilik kendaraan dikatakannya, juga sepakat dengan hal ini.
“Karena beban kita (beban maksimal jembatan) dihitung secara total itu 1 ton per meter persegi, kalau jembatan kita panjangnya 50 meter, lebarnya 7 meter. 50 kali 7 ada 350 meter persegi ada 350 ton, disitu saja kan ada 3 (kendaraan) 42 ton satu kendaraan sudah 130 ton pada satu titik, itu sudah bisa dilihat,” bebernya.
Dengan beban itu, baginya mustahil jembatan bisa kuat menahan berat kendaraan. Dan seharusnya, kendaraan dengan tonase seberat itu dilarang melintas. Selain berbahaya bagi pengguna jalan lain, menurutnya juga bisa merusak infrastruktur jalan dan jembatan. Ia berharap jembatan timbang kembali difungsikan.
“Untuk itu, kita berharap Kementerian Perhubungan mengatur kendaraan yang lewat di ruas jalan nasional,” ucapnya.
Sebagai informasi, bahwa sejak diambil alih oleh pemerintah pusat, jembatan timbang di beberapa kota di Jawa Timur efektif tidak beroperasi, salah satu adalah jembatan timbang yang ada di Lamongan dan Tuban. Akibatnya beberapa kendaraan bebas mengangkut muatan melebihi kapasitas yang seharusnya.
Fungsi jembatan timbang sebenarnya bukan hanya bermanfaat bagi Kementeriannya, melainkan juga demi kebaikan masyarakat banyak. “Dengan kontrol muatan, kendaraan aman dan tidak cepat rusak, yang rugi pemiliknya juga,” imbuhnya.
“Saya usulkan, yang masuk ke Widang ini (jembatan timbang) fungsikan. Ada saja kendala, nanti kalau kelebihan muatan suruh muter balik, nanti yang atur siapa? malah menimbulkan kemacetan. Tapi kalu dibiarkan yang jadi korban ya jalan kita,” pungkasnya.