Ditanya Soal Kenaikan Harga Daging Ayam dan Telur, Mendag Enggartiasto Gusar
SURABAYA, FaktualNews.co – Menjelang bulan suci Ramadaan, stok daging ayam dan telur dipasaran kota Surabaya berkurang. Akibatnya, harga kedua komoditi itu naik tak terkendali.
Pemerintahan Jokowi pun dibuat kelimpungan. Bahkan Menteri Perdagangan (Mendag) Republik Indonesia Enggartiasto Lukita ketika usai sidak di pasar Wonokromo Surabaya, terlihat gusar saat ditanya langkah pemerintah mengatasi kondisi ini oleh wartawan. Ia sempat menanyakan asal medianya sebelum menjawab.
“Tadi kan sudah saya jelaskan di dalam. Sudah, sudah, akan saya minta mereka (peternak) mensuplai,” tukas Enggartiasto dengan nada tinggi kepada salah satu awak media, Sabtu (12/5/2018).
Ia kembali menegaskan, pemerintah akan meminta para peternak di Boyolali dan Blitar agar mengisi pasokan dipasaran. Jika tidak dilakukan, ancam Enggartiasto, pemerintah meminta integrator besar menyuplai stok tersebut meski akhirnya merugikan peternak lokal.
“Jadi lebih baik itu (harga) diturunkan, dengan menjaga suplai maupun demand. Saya juga menjaga peternak itu, agar tidak rugi,” imbuhnya.
Sementara sejumlah kebutuhan pokok seperti beras, ia menjelaskan harga sudah berada dibawah Harga Eceran Tertinggi (HET). Namun, Bulog dikatakannya siap mensuplai bila terjadi gejolak harga. Masyarakat diminta tak perlu kuatir karena beras yang akan disuplai adalah beras dengan kualitas laiknya premium.
“Kita sudah coba (beras) dari Bulog, dan yang terakhir eks impor Vietnam, eks impor Thailand sudah kita coba. dan yang sekarang, yang lokal dengan harga 8.950 rupiah (rasanya) enak,” lanjutnya.
“Jadi saya minta tolong, jangan di framing berita. Bahwa harga kebutuhan naik. Padahal, setelah itu yang naik adalah telur dan daging ayam,” jelas Enggartiasto.
Selain beras, di bawah HET juga disebutnya terjadi pada minyak goreng, gula, bawang putih dan bawang merah serta cabe. Untuk bawang merah, harga stabil karena disejumlah daerah penghasil seperti Probolinggo, Nganjuk dan Brebes dalam waktu dekat akan memasuki masa panen.
“Meski ini bukan kebutuhan pokok utama, tetapi tetap menjadi perhatian kita, agar tidak banyak keluhan dan kita menjaga betul inflasinya,” kata Mendag.
Selanjutnya, harga daging sapi masih terkendali dikisaran harga 105 ribu rupiah per kilogram. Ia juga mengatakan, pihaknya menyediakan daging beku seharga 80 ribu rupiah per kilogram yang sewaktu-waktu bisa dilepas ke pasar bila dibutuhkan Pemerintah Daerah untuk menstabilkan harga.
“Jika pemerintah tidak membutuhkan ya tidak apa-apa,” singkatnya.
Pedagang Mengeluh
Para pedagang di pasar Wonokromo Surabaya rata-rata menyampaikan keluhan soal stok daging ayam dan telur berkurang. Mereka meminta kepada Pemerintah agar menambah jumlah stok tersebut supaya harga kembali normal.
Fauzan, penjual daging ayam asal Surabaya mengatakan, daging ayam sudah terlalu mahal, oleh peternak kata dia, beralasan bahwa stok ayam terbatas. Biasanya ia mendapat jatah 200 ekor ayam potong hidup. Akhir-akhir ini, ia hanya mendapat jatah 30 ekor ayam hidup. Imbasnya, dia juga terpaksa membatasi pembelian kepada pelanggan.
“Biasanya harga 28 ribu rupiah, 29 ribu rupiah. Paling mahal sampai 30 ribu rupiah, itu harga normal,” jelas Fauzan. Sementara saat ini, ia terpaksa menjual seharga 36 ribu rupiah perkilogram daging ayam potong.
Fauzan menuturkan, peternak saat ini mematok harga ayam hidup perkilonya sebesar 22.500 Rupiah sehingga ia menjual daging ayam potong seharga 36 ribu rupiah per kilogram.
“Pelanggan saya catering-catering itu saya kasih sedikit-sedikit. Kalau beli banyak, terpaksa nempil (beli tanpa untung) ke tetangga (penjual lain). Ya tidak dapat untung, yang penting pelanggan tetap ada,” lanjutnya.
Sama halnya dengan Markad, si penjual telur di pasar yang sama mengatakan, naiknya harga telur akibat stok di agen terbatas. Biasanya ia mendapat jatah 10 peti, dengan kondisi ini ia hanya mendapat jatah 5 peti atau sekitar 25 kilogram.
Harga pun naik tak terkendali, sebelumnya harga telur 18 ribu perkilogram. Saat ini, mencapai 25 ribu perkilogram. Dengan naiknya harga tersebut, transaksi jual beli pun turun drastis.
“Jelang hari raya makin sepi, sehari cuma bisa lepas 10 kilogram telur,” pungkasnya.