Ramadan

Bubur Muhdor, Khas Tuban Hanya Ada saat Ramadan

TUBAN FaktualNews.co – Bulan Ramadan memang bulan yang istimewa. Banyak hal yang hanya ada saat Ramadan. Termasuk juga makanan.

Seperti halnya Bubur Muhdor yang ada di Kabupaten Tuban, Jawa Timur ini. Bubur khas ini, hanya ada saat Ramadan. Bubur ini memang khas rasanya, tak heran jika sudah melegenda. Keberadaannya pun kerap ditunggu masyarakat sekitar.

Ratusan orang rela mengantre untuk mendapatkan Bubur Muhdor, yang dibagikan di sebuah tepatnya di sebuah perkampungan Arab, yakni Masjid Muhdor, Jalan Pemuda, Kelurahan Sidomulyo Kecamatan/Kabupaten Tuban.

Pengurus masjid Muhdor, Agil Albunumay, mengatakan, bubur ini sudah ada saat zaman penjajahan. Baik masa penjajahan Kolonial Belanda maupun Jepang. Tepatnya sekira tahun 1932.

Nama Bubur Muhdor sendiri diambil dari nama Masjid yang digunakan setiap hari membagikan bubur kepada umat muslim yang menjalankan ibadah puasa di sekitar masjid.

“Keberadaannya sudah ada sejak tahun 1932, berarti sekarang sudah 86 tahun, ini bubur khas kampung Arab,” kata Agil Albunumay kepada awak media, Senin (21/5/2018), sore.

Setiap harinya, warga selalu berbondong-bondong ke Masjid Muhdor. Mereka rela mengantre untuk dapat menikmati lezatnya bubur khas yang sudah melegenda ini sejak pukul 16.45 WIB. Tidak hanya warga setempat yang ikut mengantre, namun warga dari daerah lain juga tak sedikit yang ikut mengantre.

“Kita sediakan sekitar 400-500 orang per hari. Insyaallah cukup untuk memenuhi kebutuhan buka puasa warga di sini,” terangnya.

Lebih lanjut dia pun menjelaskan terkait resep utama Bubur Muhdor, hingga rasanya amat sangat nikmat dengan sajian kuah gurih dan daging ayam yang tersedia di dalamnya.

“Untuk berasnya 30 kilogram, ada santan, bumbu gule, rempah, garam sekitar 1 kg lebih, kayu manis, pandan, serai dan tambahan bumbu dapur lain secukupnya. Jadilah Bubur Muhdor ukuran dandang besar,” ungkapnya.

Proses memasak pun tidak instan. Segala persiapan dimulai sebelum waktu Dzuhur, sekira pukul 10.30 WIB, bubur bisa jadi sekira pukul 15.00 WIB.

Para juru masak pun terlihat berusaha keras saat mengaduk bubur khas tersebut agar matang dan rasanya sesuai yang diharapkan. Mereka mengeluarkan tenaga yang cukup, sebab semakin lama bubur diaduk maka akan semakin mengental, hingga adukan pun terasa berat.

“Memasaknya butuh waktu berjam-jam. Semakin lama diaduk maka semakin berat adukan buburnya. Juru masak pun bergantian saat mengaduk, karena capek ya,” tandasnya.