JOMBANG, FaktualNews.co – Disetiap daerah khususnya kota santri Jombang pasti memiliki kegiatan khusus untuk menyambut bulan suci ramadan ini. Seperti halnya kegiatan salah satu pesantren putri Walinsongo Cukir, dalam periode satu bulan ini.
Pesantren putri pertama di Cukir ini memiliki kebiasaan yang cukup unik, yakni setiap santri dilarang untuk pulang ke rumah jika tidak khatam mengaji kitab kuning.
“Jadi larangan santri pulang, sebelum khatam kitab kuning yang dikaji selama bulan Ramadan itu, untuk memotifasi para santri agar giat dalam menuntut ilmu agama,” kata salah seorang pengurus Ponpes Walisongo, Aini, kepada FaktualNews.co, Jumat (25/5/2018).
Menurutnya, selama Ramadan para santriwati di Pesanten Walisongo ini, disibukan dengan rutinitas mengaji kitab-kitab kuning. Seperti Ta’lim Muta’alim, Savinatun Najjah dan lain sebagainya.
“Kalau persyaratan mau pulang itu kitabnya harus dimaknai semua (khatam), kalau tidak dimaknai berartikan dia nggak berangkat ngaji. Jadi kalau tidak selesai harus menembel (mencontek) dari temannya,” tambah dia.
Kebiasaan mengkhatamkan kitab sebelum pulang adalah tradisi yang wajib bagi para santri sebelum, memperoleh izin pulang dari pengurus dan pengasuh pesantren putri Walinsongo Cukir.
“Sudah jadi tradisi, untuk anak-anak selain tahfidz itu wajib menyelesaikan 3 kitab yang berbeda kalau yang tahfidz hanya 2 kitab karena wajib setoran hafalan Alquran. Kalau yang tidak tahfidz kan tidak menyetorkan hafalan jadi wajib setor kitabnya,” urai Aini.
Karena dengan diberlakukan sistem ini, dinilai dapat memicu semangat santri untuk belajar lebih giat. “Jadi ngaji kitabnya bada ashar ada tiga kitab itu wajib pilih salah satu, terus bada tarawih itu ada tiga kitab wajib pilih salah satu. Jadi kita kasih pilihan tiga kitab,” ungkapnya.
Dikatakan Aini, jika tidak dilakukan himbauan dilarang pulang sebelum khatam kitab. Maka banyak santriwati yang semangat belajarnya cukup merendahkan dan ia mengaku himbauan tersebut cukup ampuh untuk memicu semangat para santri untuk belajar.
“Karena kalau nggak gini kitabnya nggak selesai, contohnya waktu ngaji Diniyah (sekolah kitab) itu harus di teriakin dulu baru berangkat kalau puasaan gini kan wajib khatam sekarang enggak, karena takut nggak bisa pulang,” pungkasnya.