Peristiwa

Hartono Pengemudi Alphard Maut Surabaya, Dari Identitas Palsu Hingga Sekap Pembantu

SURABAYA, FaktualNews.co – Hartono (61) pelaku tabrak lari beruntun di jalanan kota Surabaya berserta istrinya, Cenny Anatasia (54) kini menjadi sorotan publik setelah aksi brutalnya tersebut dilakukan pada Kamis, 31 Mei 2018 malam kemarin.

Masyarakat pun ingin mengetahui apa yang melatar belakangi aksinya itu, dan siapa sebenarnya mereka. Berikut beberapa fakta tentang pelaku.


Rumah Telah Lama Pindah

Setelah aksi tabrak lari yang dilakukan Hartono Handoko yang membawa serta istrinya, dengan mengendarai mobil Toyota Alphard L 1424 VX dan dapat dihentikan massa.

Petugas akhirnya mengamankan sejumlah barang bukti, terutama KTP dan SIM mereka. Alamat yang tertera di kedua kartu identitas tersebut, tertera di jalan Gubeng Kertajaya V nomor 14 Surabaya.

Namun belakangan, keduanya diketahui telah lama pindah sejak belasan tahun lalu,” Sudah lama pindah, kalau tidak salah tahun 2000 mereka sudah pindah,” jelas Farid, tetangga korban, Jumat (1/6/2018).

Saat ini rumah berlantai dua tersebut sudah ditempati orang lain, yang dikatakannya telah lama menjadi tetangga Hartono sebelum membelinya.

“Sekarang ini ditempati orang lain, namanya bu Susan,” lanjutnya.

Dirinya pun heran, jika kartu identitas yang dimiliki kedua pelaku masih menggunakan alamat lama. Padahal sudah 18 tahun dianggap sudah tidak menjadi warga Gubeng Kertajaya. Bahkan, beberapa surat tagihan pajak masih menggunakan alamat tersebut.

“Itu pakai KTP lama apa eKTP, aneh juga kalau masih menggunakan alamat sini,” kata Farid.

Belakangan diketahui, jika keduanya telah pindah didaerah Lebak Jaya, kecamatan Kenjeran, kota Surabaya.


Dikenal Dengan Nama Toni

Selain alamat pada KTP yang tidak sesuai dengan keadaan pelaku sebenarnya, warga sekitar juga menyampaikan, jika Hartono Handoko sebenarnya dikenal warga dengan nama Toni Hartono.

“Kalau disini dulu kita kenal dengan nama pak Toni,” aku salah seorang warga.

Keluarga tersebut pun, dikatakan jarang berinteraksi dengan tetangga sekitar, dan terkenal tertutup.

“Nggak terlalu kenal sebenarnya dengan mereka, termasuk istrinya saat itu jarang keluar,” imbuhnya.

Pekerjaan Toni Hartono saat itu, kata warga, mengaku sebagai seorang pengacara. Bukan seperti informasi yang beredar di media yang disebut sebagi Aparatur Sipil Negara (ASN).

“Keduanya kan orang keturunan, masa bisa jadi pegawai negeri, kan saat itu bukan seperti sekarang ini semua bebas menjadi pegawai negeri,” ucapnya, diakui warga yang lain.


Dari Narkoba Hingga Sang Istri Pernah Sekap Pembantu

Hal yang tidak begitu mengagetkan warga setelah aksi tabrak lari beruntun yang dilakukan Hartono Handoko adalah pengakuan petugas kepolisian bahwa keduanya terindikasi gangguan jiwa.

Salah satu warga yang lain, namun enggan namanya disebut mengatakan bahwa Hartono seperti orang aneh. Demikian halnya dengan sang istri.

“Kalau pak Toni (Hartono) ini kalau diajak ngomong gak begitu nyambung, saya kira itu karena ia kecanduan narkoba. Kalau gila sih saya kira enggak,” tuturnya.

Sementara sang istri, diceritakannya, pernah menyekap sang pembantu di lantai atas rumah tersebut selama beberapa hari karena sang pembantu dianggap melakukan kesalahan.

“Kalau istrinya itu saya kira stress, pernah ya tahun 2000 ia sekap pembantu beberapa hari di lantai atas. Kemudian sang pembantu minta tolong dan warga rame disini,” lanjutnya.

Itu pula yang menjadi alasan kedua pasangan suami istri tersebut akhirnya pindah dari lingkungan setempat.

Diberitakan sebelumnya, pengemudi mobil Alphard berplat nomor L 1424 VX berjalan dari arah barat ke timur melewati jalan HR Muhammad Surabaya menabrak Mobil Toyota Avanza L 1118 WB. Korban lantas mengejar mobil Alphard karena tak mau berhenti.

Kemudian melarikan diri kearah timur dan terjadi laka dengan Sepeda Motor Honda Revo L 6532 JR ketika berhenti di lampu merah simpang tiga jalan Achmad Yani Surabaya.

Selanjutnya mobil Alphard melarikan diri kearah selatan dan menabrak seperda motor Honda Beat W 5698 OF dan Seperda Motor Honda Beat N 5557 TBK di jalan protokol Achmad Yani depan SMK 3 Surabaya, dan berhenti setelah tertangkap dan dimasa warga di depan Mako Pasmar Gedangan Sidoarjo karena jalan tertutup kendaraan kontainer dari arah selatan.