JOMBANG FaktualNews.co – Bulan suci Ramadan banyak orang yang selalu berburu takjil gratis. Begitu pula dengan ratusan jemaah yang ada di masjid Agung Bhaitul Mukminin Jombang. Sejak bertahun-tahun di Masjid ini setiap menjelang maghrib penuh dikunjungi warga. Mereka rela antri berdesakan hanya untuk mendapatkan jatah takjil dan nasi bungkus untuk berbuka puasa. Karena banyaknya antrian para takmir masjid pun sering dibuat kualahan.
Dalam sehari masjid ini dapat membagikan ratusan bungkus nasi untuk para jamaah berbuka puasa, dari warga masyarakat dan beberapa instansi. Namun uniknya tak jarang jamaah yang ingin mendapatkan jatah takjil doble, mengantri kembali hanya untuk mendapatkan sebungkus nasi lagi. Meskipun ia sudah mendapatkan jatah nasi bungkus sebelumnya. Karena banyaknya orang yang mengantri maka ia sering lolos dari pandangan panitia takjil.
“Saya mulai bantu-bantu itu sejak tahun awal tahun 2008 itu saya sudah bantu bagi-bagi takjil. Tapi belum sebanyak ini takjilnya, kalau dulu cuma dari orang-orang kampung sekarang sudah ada beberapa instansi yang ikut bantu nyumbang takjil, bagi-bagi takjilnya itu kalau yang ikut mutiara ramadhan dari jam 5.10, tapi kalau yang diserambi itu pas setelah bedug ditabuh,” kata Marzuki selaku Takmir Masjid Agung
Sementara untuk waktu selesai bagi-bagi takjilnya ia mengaku tidak bisa memperkirakan. Pasalnya jika setelah maghrib masih ada, setelah salat tarawih ia akan membagikan lagi hingga benar-benar habis.
“Habisnya nggak pasti, tapi kalau diperkirakan sehari itu bisa 400-450 bungkus, kalau air minum aqua kan ada yang sumbangan dan beli tapi setiap hari kita buka 8 kardus selalu habis,” imbuh warga asal Kauman Jombang ini.
Menurut cerita salah seorang takmir masjid Agung ini, pada awalnya takjil tersebut hanya diperuntukkan jamaah masjid yang rutin mengikuti kegiatan mutiara Ramadan saja. Tapi karena banyak orang yang tahu ada pembagian takjil gratis akhirnya banyak orang yang sengaja datang.
“Awalnya hanya untuk jamaah mutiara Ramadan tapi lama kelamaan banyak yang tahu, jadi semakin banyak jadi kerepotan,” jelasnya.
Karena banyaknya orang yang datang dan jumlah takjil dari warga setempat tidak mumpuni, maka para takmir pun mencoba menggandeng beberapa instansi untuk turut andil. Tapi nampaknya tak semua instansi memberikan respon positif dan hanya beberapa hingga sekarang masih terlihat andil hingga saat ini.
“Kalau dari instansi itu atas dasar pengajuan kita barangkali mau ikut membantu orang-orang yang nggak bisa buka puasa, tapi kalau warga kampung itu sudah dari dulu kesadaran masing-masing. Jadi setiap hari takjilnya berbeda-beda variatif, kadang banyak minumannya, kadang banyak makanannya,” terangnya.
Uniknya banyak para jamaah yang ingin mendapatkan jatah takjil doble, padahal sudah ada peraturannya jika satu orang satu takjil. Oleh karena itu banyak orang yang mengantri kembali meskipun ia sebenarnya sudah mendapatkan takjil.
“Malah terkadang, ada jamaah yang sudah dikasih tapi malah datang lagi buat ngambil, jadi satu orang bisa dapat 2-3,” paparnya.
Menurut keteranagan Marzuki yang paling terlihat menonjol ramainya pada setiap akhir pekan, dan mulai 10 hari jalannya puasa. Karena dari 10 jari jalannya puasa jelas sudah banyak orang yang tahu jika ada takjil gratis di masjid, selain itu ia juga mengatakan pada malam takbir ia mengaku sulit mengontrol jamaah karena pada malam takbir jamaah masjid akan membeludak.
“Ramainya itu pada waktu liburan, seperti hari sabtu minggu itu sudah lebih dari perkiraan. Kalau awal ramadhan belum banyak orang yang antri takjil tapi kalau sudah 10 hari dan pertengahan ramadhan gini sudah banyak, apalagi kalau malam takbir sudah nggak bisa diperkirakan lagi ramainya yang datang, sampai nggak bisa dikontrol,” tandasnya.