SIDOARJO, FaktualNews.co – Jenazah Kurriyah (24), pengungsi Syiah ditolak untuk dimakamkan di Desa Karanggayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang.
Kurriyah, merupakan warga asli Sampang. Namun, terpaksa tinggal bersama keluargannya di Rusunawa Jemundo, Sidoarjo. Tempat pengungsian warga Syiah sejak tahun 2012.
Kurriyah sebelumnya diketahui menjalani perawatan cukup lama di RSUD dr Soetomo, karena menderita penyakit komplikasi di usia muda. Sehari-hari dia mengajar ngaji anak-anak kecil di rusunawa.
Salah seorang kerabat Kurriyah yang enggan namanya disebutkan mengatakan, permintaan terakhir dari almarhum untuk dimakamkan di tempat kelahirannya. Berdampingan dengan makam keluarga lainnya.
Jenazah Kurriyah pun dibawa ke Sampang dari Sidoarjo menggunakan ambulans.
Namun, jenazah Kurriyah ditolak untuk dikuburkan di kampung halamannya, tempat kelahirannya. “Entah atas dasar apa penolakan tersebut,” jelasnya, kepada awak media.
Karena ditolak, jenazah Kurriyah akhirnya dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) milik Dinas Sosial Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Sehingga, masih satu komplek dengan jenazah pelaku pemboman di Surabaya.
Dijelaskannya, sejak Kurriyah meninggal pihak keluarga menghubungi kerabat yang ada di kampung agar menyiapkan pekuburan.
Saat itu pihak keluarga pun menjawab siap dan mulai menggali kuburan pada pukul 18.30 WIB.
Peristiwa memilukan ini juga sempat viral dan kronologinya diupload di website ahlulbaitindonesia.or.id.
Kejadian ini menambah daftar warga Syiah asal Sampang yang ditolak jenazahnya dimakamkan di kampung halamannya. Tiga tahun lalu, jenazah Busidin (65), terpaksa dikuburkan di Tempat Pemakaman Umum Delta Praloyo Asri, Sidoarjo.