Di Indonesia, Ada Tradisi Silaturahmi saat Hari Raya Idul Fitri
SURABAYA, FaktualNews.co – Sebagian besar umat muslim di Indonesia, hari ini melaksanakan Hari Raya Idul Fitri 1439 Hijriah. Saat lebaran tiba, ada tradisi yang tak lekang zaman yakni, bersilaturahmi ke sanak saudara maupun tetangga setelah salat id.
Tradisi halalbihalal atau silaturahmi, memang tidak ada dalam Alquran dan Hadis, tetapi sangat penting bagi umat Muslim di Indonesia. tanpa silaturahmi atau halalbihalal, pesta lebaran adalah mustahil.
Tema silaturahmi berasal dari dua kata bahasa Arab, yaitu silah dan rahiim, dan pada umumnya dialihbahasakan sebagai “tali persaudaraan”. Di kala Lebaran, ada pesta makan besar yang disantap bersama dengan suka cita.
Pelbagai Hadis menggarisbawahi pentingnya silaturahmi, tapi Hadis-Hadis ini tidak berhubungan dengan pesta Idul Fitri secara khusus, dan senyatanya silaturahmi pada Lebaran ini merupakan tradisi khas Indonesia.
Pada acara silaturahmi, Muslim Indonesia saling meminta maaf, dan ini dengan keyakinan bahwa bukan saja kemaafan Ilahi yang penting pada hari ini, tetapi juga kemaafan duniawi. Permintaan maaf pada hari Lebaran merupakan kegiatan yang sangat emosional. Tak jarang orang akan berderai air mata dengan tersedu-sedu saat melakukannya.
Selain itu ada juga tradisi berziarah kubur (nyekar). Menurut Andre Moller dalam Ramadan in Java: The Joy and Jihad of Ritual Fasting (2007), sama halnya dengan pergi ke kuburan yang dilakukan sebelum Ramadan, keluarga (atau bagian tertentu dari keluarga) umumnya pergi bersama-sama ke kuburan. Laki-laki pergi bersama perempuan.
Keinginan mengunjungi kuburan pada hari Idul Fitri berdasarkan niat untuk dimaafkan anggota keluarga yang telah tiada. Kebiasaan meminta maaf kepada handai-taulan dengan demikian tidaklah terbatas kepada yang masih hidup.
Dengan kata lain, nyekar sehabis Ramadan tidak lain merupakan silaturahmi dengan yang sudah meninggal dunia. Nyekar setelah Ramadan tak perlu dilakukan tepat pada hari Lebaran, dan kuburan-kuburan umumnya ramai sepanjang minggu pertama pada bulan Syawal (hlm. 222-223), seperti dikutip dari Tirto.id dengan judul: https://tirto.id/melanggengkan-tradisi-dan-silaturahmi-di-hari-raya-idul-fitri-cMgW