JOMBANG, FaktualNews.co – Warga Desa Ngumpul, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, memiliki tradisi sendiri dalam merayakan datangnya Hari Raya Ketupat.
Mereka ramai-ramai menerbangkan balon udara raksasa guna memperingati hari raya ketujuh Idul Fitri 1439 H, Jumat (22/6/2018). Sedari pagi buta, ratusan warga sudah keluar dari rumah masing-masing. Mereka lantas menuju ke musala dan masjid terdekat untuk menunaikan salat subuh berjamaah.
Namun, setelah menjalankan ibadah, para warga ini tak langsung pulang. Mereka kemudian bersiap di halaman musala atau masjid setempat untuk melakukan tradisi turun temurun yakni makan ketupat lebaran dan menerbangkan balon udara.
Ada berbagai macam ukuran balon udara yang sudah disiapkan, mulai 6 hingga memiliki tinggi mencapai 8 meter. Ratusan warga ini pun bahu mebahu menerbangkan balon udara buatan mereka sendiri. Warga pun membagi tugas masing-masing.
Setelah terisi penuh dengan asap, balon pun siap diterbangkan. Penerbangan balon ini menjadi hiburan tak hanya warga Desa Ngumpul, namun sejumlah warga dari desa lain pun mulai turut datang ke lokasi untuk menyaksikan tradisi unik ini.
“Tradisi ini sudah puluhan tahun. Awalnya itu lihat-lihat di Bandung, kelihatannya kok seru gitu. Terus anak-anak itu kepingin juga bagaimana menerbangkan balon itu,” kata Maksum, tokoh masyarakat setempat.
Menurutnya, pembuatan balon udara ini sudah dilakukan sejak beberapa waktu lalu. Bahkan ada sebagian warga yang menyiapkannya sejak masih puasa kemarin. Warga pun tak segan melakukan iuran untuk kebutuhan pembelian bahan pembuatan balon udara ini.
“Kita iuran. Satu RT berapa orang untuk biaya membeli bahan-bahannya. Balon itu tingginya 8 meter, beratnya itu hampir 19 Kilogram,” terangnya.
Namun sayang, ada salah satu balon yang gagal terbang. Karena diduga bocor akibat tersangkut atap musala. Balon sempat menimpa rumah warga, beruntung insiden tersebut tidak membuat warga sekitar celaka.
Sebenarnya, menerbangkan balon udara di hari raya ketupat ini sudah dilarang pihak kepolisian. Namun, ternyata warga pun bersikukuh melakukan tradisi ini. Karena kegiatan ini sudah rutin dilakukan. Warga pun menyayangkan adanya larangan tersebut.