FaktualNews.co

Lebih Dekat dengan Dolfina Mansnembra, Calon Pakar Laser Asal Biak Papua

Pendidikan     Dibaca : 1015 kali Penulis:
Lebih Dekat dengan Dolfina Mansnembra, Calon Pakar Laser Asal Biak Papua
DW.com
Calon pakar laser asal Papua, Dolfina Mansnembra.

FaktualNews.co – Dolfina Mansnembra adalah mahasiswi asal Biak yang kini sedang menempuh studi Teknik Laser di FH Münster, Jerman.

Jurusan Teknik Laser di kampus Fachhochschule (FH) Münster masih menjadi jurusan yang didominasi oleh pria. Di bidang studi yang belum ada di Indonesia ini, Dolfina adalah satu-satunya mahasiswi asing di antara teman seangkatan yang mayoritas orang Jerman. Simak pengalamannya yang ia ceritakan pada DW.

Deutsche Welle: Apa yang membuat kamu tertarik untuk kuliah di Fakultas Teknik, khususnya jurusan Teknik Laser?

Dolfina Mansnembra: Saya tertarik dengan teknik laser karena teknik laser adalah jurusan yang baru berkembang dan belum banyak peminatnya. Selain itu juga saya merasa tertarik dengan mata kuliah yang disajikan teknik laser karena mahasiswa diberikan kesempatan untuk mempelajari dasar dari teknik elektro dan teknik informatik. Dan juga untuk kedepannya teknik laser mempunyai peluang kerja yang cukup menjanjikan untuk para lulusannya.

Kegunaan laser dalam kehidupan sehari-hari yang paling sederhana adalah pointer laser untuk presentasi. Apa lagi sebenarnya kegunaan laser lain yang dekat dengan kehidupan manusia?

Kegunaan lain dari laser yang saat ini paling terkenal adalah dalambidang kesehatan. Laser dapat digunakan untuk mengoreksi atau memperbaiki retina mata pada cacat mata. Ini yang biasanya kita kenal dengan nama operasi lasik (laser-assisted in-situ keratomileusis). Contoh lain dalam bidang industri, teknologi laser dapat digunakan untuk proses pengelasan dan pemotongan lempengan baja.

Apa saja tantangan yang kamu hadapi sebagai satu-satunya mahasiswi asing di jurusan Teknik Laser?

Tantangan sebagai satu-satunya mahasiswi di jurusanteknik laser adalah saya harus membiasakan diri untuk berbaur dengan teman-teman pria. Selain itu juga saya harus aktif mencari tahu informasi terbaru dan mengutak-atik alat-alat penelitian serta harus selalu mengikuti perkembangan teknologi atau hal lain yang biasa dilakukan mahasiswa laki-laki agar saya mampu mengimbangi mereka pada saat kerja berkelompok di laboratorium.

Adakah pengalaman tidak terlupakan selama proses kuliah di Jerman bersama teman-teman yang semuanya orang Jerman?

Pengalaman yang tidak terlupakan adalah ketika saya harus praktik di laboratorium sendirian selama satu semester. Ini adalah pengalaman pertama buat saya karena selama ini saya selalu praktik dalam kelompok kecil, 2-3 orang. Tapi saya bersyukur karena saat saya praktik sendirian saya jadi jauh lebih paham apa yang saya kerjakan. Selain itu juga saya didampingi oleh pembimbing lab yang sangat baik dan teman-teman saya juga selalu bersedia membantu saya dalam proses pengerjaan laporan.

Selama lima tahun tinggal dan studi di Jerman, menurut kamu, apa hal yang kamu bisa dapat di Jerman tapi tidak bisa kamu dapatkan di Indonesia?

1) Belajar dan mempraktikkan bahasa Jerman secara langsung dengan orang Jerman.

2) Saya mendapat kesempatan untuk membentuk karakter saya menjadi lebih mandiri dan tidak mudah putus asa.

3) Diberikan kesempatan untuk bertemu dengan salah satu orang yang menginspirasi saya yaitu Pak Habibie.

4) Mendapat kesempatan untuk belajar di jurusan yang belum ada di Indonesia dan dapat mempraktikkan langsung apa yang saya pelajari di laboratorium dengan fasilitas terbaru dan lengkap.

Apa rencana kamu untuk lima tahun ke depan?

Rencana saya lima tahun kedepan adalah saya ingin menyelesaikan kuliah S1 saya, setelah itu saya ingin pulang ke Papua untuk membagikan ilmu serta motivasi yang sudah saya dapat di Jerman kepada adik-adik di Papua. Setelah itu, jika diberikan kesempatan saya ingin melanjutkan studi S2 saya sembari bekerja di salah satu perusahaan laser.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
S. Ipul