SURABAYA, FaktualNews.co – Sekitar lima orang anggota kepolisian menggerebek sebuah gudang bahan bangunan yang berada di Jalan Raya Wiyung Menganti, Kecamatan Wiyung, Kota Surabaya, Jawa Timur. Penggerebekan tersebut diduga terkait kasus pemalsuan semen.
Menurut informasi penggerebekan itu terjadi pada Jumat 29 Juni 2018 lalu. Untuk memastikan pihak mana yang melakukan penggerebekan, media ini berusaha menggali informasi, baik dari Kepolisian Sektor (Polsek) Wiyung, Polrestabes Surabaya hingga Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur. Namun sejauh ini, jajaran terkait mengaku tidak ada penggerebekan yang dilakukan oleh satuannya.
“Coba akan saya teruskan ke Subdit Indagsi,” ucap Kabidhumas Polda Jatim Kombes Pol Barung Frans Mangera melalui telepon saat ditanya kebenaran informasi tersebut, Senin (2/7/2018).
Sementara, Kasubdit Indagsi Direskrimsus Polda Jawa Timur AKBP Rama S Putra dalam sambungan telepon, mengatakan, bahwa anggotanya sejauh ini tidak melakukan penggerebekan ke lokasi yang dimaksud.
“Untuk Subdit saya sejauh ini negatif,” sambung mantan Kasubdit Renakta Direskrimum Polda Jawa Timur itu sembari menganjurkan untuk meminta klarifikasi ke Subdit lain. “Coba tanyakan ke Tipidter,” katanya.
Namun, saat redaksi FaktualNews.co berupaya melakukan konfirmasi terkait dengan penggerebekan tersebut, jawaban senada juga disampaikan Kasubdit Tipidter Direskrimsus Polda Jatim, AKBP Rofiq Ripto Himawan. Ia mengaku jika anggotanya tak melakukan penggerebekan tersebut. “Sama, ditempat saya juga negatif,” kilahnya.
Namun kabar adanya penggerebekan itu dibenarkan oleh soerang perwira yang bertugas di Polsek Wiyung Polrestabes Surabaya. Ia mengatakan jika ada penggerebekan di gudang milik Santoni tersebut oleh petugas kepolisian.
“Iya digerebek polisi, dari mana, kabarnya dari Mabes (Polri),” akunya yang enggan namanya di publikasi kepada FaktualNews.co
Terkait kasus apa, dirinya mengaku tak tahu menahu, “Yang jelas, salah satu anggotanya menitipkan truk yang berisi puluhan sak semen. Di parkir di depan markas, tapi diluar pinggir jalan,” tuturnya.
Pemilik Gudang Dikenal Licin Hukum
Harto, petugas parkir toko makanan yang terletak bersebelahan dengan gudang Santoni menceritakan kronologi penggerebekan tersebut. Ia menuturkan, usai salat Jumat ada sekitar lima anggota kepolisian tanpa mengenakan seragam resmi tiba-tiba mendobrak pintu gudang berwarna oranye.
“Ada sekitar lima orang, dua orang terlihat masih muda dan berperwakan kecil, sedang yang lainnya besar-besar,” tutur Harto.
Kelimanya datang dengan mengendarai sebuah mobil Toyota Innova. Petugas tersebut langsung menuju tumpukan semen dan memeriksanya. “Kemudian truk yang memuat semen itu di police line (garis polisi),” lanjutnya.
Harto mengatakan bahwa penggerebekan yang tanpa didampingi Santoni, pemilik gudang tersebut berlangsung sekitar satu jam. “Sore sudah pergi semua, dan pintu digembok pakai gembok baru karena yang lama rusak,” tandasnya.
Harto sempat bercerita, bahwa Santoni dikenalnya sebagai warga tertutup. Rumah yang ditempati bersama keluarga terletak beberapa meter dari gudang, juga selalu terkunci. Hanya sesekali waktu saja, Santoni keluar rumah untuk sekedar makan di warung.
Penggerebekan itu, kata dia, juga tidak sekali dua kali saja dilakukan petugas kepolisian. Melainkan ini yang ketiga kali selama dirinya bekerja di daerah sekitar gudang.
“Ya orang berduit, selalu licin hukum. Habis ada penggerebekan, kemudian Santoni masih baik-baik saja, tidak dipenjara,” ungkapnya.
Tetapi, pemasangan garis polisi diakui Harto baru kali ini terjadi. “Dulu digerebek, gitu saja. Dari Polda juga pernah, saya tahu itu,” tutupnya.
Gudang dan Rumah Santoni Tak Terurus
Saat ini, gudang berpintu besi dan terletak bersebelahan dengan toko bangunan saudaranya, dalam kondisi tertutup. Ada sedikit celah yang bisa dipakai mengintip keadaan di dalam gudang dari luar.
Didalamnya, terdapat besi, bahan bangunan dan beberapa mesin tak jelas peruntukkannya. Termasuk truk dengan muatan yang ditutupi terpal plastik bergaris polisi.
Lantai gudang dipenuhi ceceran sisa semen, tanah dan pasir yang kondisinya terbengkalai. Seakan-akan bangunan tersebut lama tak terurus.
Kondisi ini tak jauh berbeda dengan rumah yang diduga sebagai kediaman Santoni, terletak persis didepan seberang jalan akses utama perumahan Taman Pondok Indah Wiyung, kota Surabaya. Rumah berpagar besi warna putih tersebut juga terkunci dan nampak kotor tak terurus, jauh dari kesan mewah.