Mari Membaca dan Membangun Minat Baca
Oleh : Rizky Enda Pratiwi
MEMBACA buku dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan, memperoleh ide-ide dan menyelesaikan masalah. Namun sayangnya, membaca buku belum menjadi kebiasaan. Hari ini membaca buku, mungkin minggu depan, bulan depan bahkan tahun depan baru membaca lagi.
Banyak faktor yang menyebabkan lemahnya kebiasaan membaca buku. Seperti lingkungan belajar yang tidak mendukung, lebih banyak menonton TV, asyik melihat telepon seluler dan media sosial.
Yang lebih parah lagi peserta didik lebih sering menggunakan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat bagi masa depannya seperti penggunaan aplikasi Tik Tok yang menambah hal–hal yang kurang bermanfaat di kehidupan.
Budaya membaca itu sangat penting. Suka membaca tanpa bersekolah masih memiliki peluang dalam mencapai kesuksesan. Karena membaca membuat pola pikir kita luas dan tajam, meningkatkan kreativitas kita dalam bekerja dan bisa menciptakan lapangan kerja guna mencapai kesuksesan. Sedangkan tidak suka membaca tetapi bersekolah, maka peluang untuk mencapai kesuksesan akan lebih kecil.
Somsong Sangkaeo dari Thailand mengatakan kebiasaan membaca di semua Negara ASEAN memang bukan reading society. Melainkan chatting society. Mereka lebih senang mendengar dan berbicara ketimbang membaca. Kalaupun membaca buku, mereka akan menyuarakannya dengan keras. (Pada pertemuan forum antara perpustakaan ASEAN).
Soal kemampuan membaca yang lemah, agaknya kita harus mengakuinya. Kita lihat angka Human Development Index Indonesia (HDI) yang indikatornya antara lain kemampuan membaca dan lama sekolah masih berada pada peringkat 111 dari 174 Negara.
Ada juga penelitian yang menempatkan Indonesia pada peringkat 39 dari 41 negara dalam hal tingkat kemampuan membaca (reading literacy) masyarakat. Minimnya apresiasi buku, dan rendahnya tingkat dan kemampuan membaca orang Indonesia, patut diprihatinkan. Hal ini mengingat betapa besar peran dan pengaruh buku pada perkembangan dan peradaban umat manusia.
Seperti dicatat Harvey Mackay, motivational speaker terkenal, hidup manusia diubah melalui dua cara yakni lewat orang yang kita jumpai dan bahan bacaan yang kita baca (Our lives change in two ways: through the people we meet and the book we read). Ini dicatat Mackay dalam buku Swim with Sharks without Getting Eaten Alive.
Membangun budaya kebiasaan membaca dalam kaitanya dengan aktivitas membaca bagi masyarakat dan siswa yang dapat berperan meningkatkan pengetahuan yang mereka dapat. Perlu menyadari bahwa membaca juga merupakan dasar utama untuk segala pengajaran.
Dengan banyak membaca, mereka akan memperoleh beragam pengetahuan yang sangat bermanfaat untuk perkembangan dirinya. Seluruh proses pembelajaran pun tak akan berhasil tanpa adanya minat baca dalam diri sendiri.
Oleh karena itu, sudah seharusnya kita membudayakan membaca. Ini bukan hanya tugas pemerintah, tapi menjadi tugas kita bersama. Dalam Alquran dijelaskan, perintah Tuhan paling pertama kepada nabi terakhir adalah “bacalah!”.
Bahkan Tuhan pun menginginkan kita untuk membuka lembar demi lembar buku, meresapi isinya, mereguk ilmunya, dan memahat apa yang kita dapat di dalam benak kita. Membacalah, tak peduli siapa penulisnya atau apa jenis bukunya. Membacalah, sebab buku adalah guru bijak yang bertutur dalam diam.
Penulis merupakan mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo