JEMBER, FaktualNews.co – Hanya Kabupaten Jember yang mengalami deflasi pada Bulan Juli 2018. Informasi itu disampaikan langsung Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jember, Indriya Purwaningsih.
“Dari delapan kota IHK (Indeks Harga Konsumen) di Jawa Timur, tujuh kota mengalami inflasi, dan hanya Jember yang mengalami deflasi, sebesar 0,8 persen,” kata Indri saat konfirmasi di kantornya, Kamis (2/8/2018).
Berdasarkan data BPS Jember, inflasi tertinggi terjadi di Kota Malang sebesar 0,21 persen, diikuti Kota Madiun sebesar 0,17 persen; Kota Kediri sebesar 0,09 persen, Kota Probolinggo dan Kabupaten Sumenep masing-masing sebesar 0,06 persen.
“Kemudian inflasi terendah terjadi di Kota Surabaya dan Kabupaten Banyuwangi masing-masing sebesar 0,03 persen, sedangkan deflasi terjadi di Kabupaten Jember sebesar 0,08 persen,” sebutnya.
“Secara nasional, dari 82 Kota IHK di Indonesia tercatat 68 kota mengalami inflasi dan 14 kota mengalami deflasi. Bahkan Kabupaten Jember menduduki peringkat ke-10 dari 14 kota yang mengalami deflasi,” sambungnya
Series data inflasi Jember pada bulan Juli, sejak 2006 hingga 2018 tercatat semuanya mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi pada tahun 2013 sebesar 3,09 persen dan inflasi terendah pada Juli tahun 2009 sebesar 0,02 persen, sedangkan tahun 2018 mengalami deflasi sebesar 0,08 persen.
“Selama 13 tahun terakhir, baru bulan Juli 2018 yang mengalami deflasi, sedangkan bulan Juli tahun 2006 hingga 2017 di Jember selalu mengalami inflasi,” ungkapnya.
Indriya mengatakan, komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi di Jember, diantaranya daging ayam ras, bawang merah, daging ayam kampung, daging sapi, teri, emas perhiasan, angkutan antarkota, cabai merah, tarif kereta api, dan kentang.
“Sedangkan komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi di antaranya bensin, telur ayam ras, tarif pulsa ponsel, udang basah, dan cabai rawit,” sebutnya.
Deflasi bulan Juli 2018, lanjut dia, disebabkan oleh turunnya harga komoditas utama yang berasal dari tiga kelompok pengeluaran yakni kelompok bahan pangan, kelompok sandang, kemudian kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan.(Hatta)