FaktualNews.co

Mangga Klonal 21 di Pasuruan, Banjir Pesanan

Ekonomi     Dibaca : 1513 kali Penulis:
Mangga Klonal 21 di Pasuruan, Banjir Pesanan
FaktualNews.co/Aziz/
Seorang pengunjung di Rembang Kabupaten Pasuruan menunjukkan buah mangga, hasil teknologi pembungaan awal, Sabtu (11/8/2018).

PASURUAN, FaktualNews.co – Tingginya peminat dan permintaan pasar dengan harga yang cukup signifikan. Petani mangga Klonal 21 di Desa Oro-Oro Ombo Wetan dan Desa Pandean, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, lebih cepat memanen mangganya. Bahkan para petani kewalahan untuk memenuhi pesanan yang kian banyak saat ini.

Meski beresiko tinggi, sebagian Petani Mangga Klonal 21 di Desa Oro-Oro Ombo Wetan dan Desa Pandean, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, berani melakukan panen lebih awal. Meski demikian banyak petani yang sukses memanfaatkan teknologi pertanian pembungaan awal atau disebut Early Flowering Technology (EFT).

Seperti yang dilakukan Santoso (58), salah satu petani mangga klonal 21 asal Dusun Berran, Desa Oro-Oro Ombo Wetan mengungkapkan. Permintaan pasar akan mangga klonal 21 akhir- akhir ini sudah membumbung tinggi hampir tiap hari permintaan selalu ada. Ditambah dengan harga mangga yang terbilang menggiurkan. Yakni Rp 38 ribu-Rp 40 ribu per kilogram.

“Banyak pelanggan yang sudah memesan, mulai dari pengepul sampai pemborong dari Surabaya, Malang, Bogor dan Jakarta yang mau membeli mangga klonal 21 dengan harga Rp 40 ribu per 1 kg. Sehingga permintaan itu harus kami penuhi, karena barangnya ada,” papar Santoso, saat di kebun mangga miliknya, Sabtu (11/8/2018)

Kondisi pasar yang menguntungkan, membuatnya berpikir keras agar pohon-pohon mangga miliknya cepat berbuah, hingga mengetahui ada teknologi yang dapat membantunya cepat berbuah, segera direbutnya. Sehingga dengan teknologi tersebut membantu kalangan petani mangga untuk bisa memanen sesuai dengan kehendak pasar.

Itulah kemudian, ia manfaatkan teknologi EFT yang saat ini juga banyak digunakan kalangan petani mangga yang ada di seputaran Kecamatan Rembang. Dalam prakteknya, cara itu dilakukan dengan menggunakan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dengan bahan aktif paclobutrazol. Hal utama juga dalam budidayanya yakni bagaimana dapat mengendalikan hama penyakit.

“Resikonya memang tinggi, kalau sampai terlalu banyak dalam menggunakannya, maka pertumbuhan bunga atau buah akan tidak maksimal, bahkan bisa menyebabkan pohon mati karena kebanyakan. Karenanya harus sesuai takaran akan penggunaannya. Kalau kurang yang tidak maksimal dan kalau berlebihan tak bagus,” beber dia.

Santoso lantas mencontohkan, penggunaan paclobutrazol cukup 10 mililiter untuk satu pohon. Selain itu, penggunaan pupuk organic dan anorganik juga harus berimbang, yakni 12 kilogram pupuk kandang dan 2 kg pupuk ZA serta 3 kg pupuk ponska. Seluruh pupuk tersebut digunakan sekali saja dalam wkatu satu musim.

“Kalau lagi musim hujan harus sering diawasi secara berkala dan rutin, karena takutnya bunganya banyak yang rontok. Kalau dibiarkan begitu saja, takutnya ada lalat buah yang mengganggu berkembangnya buah, sehingga bisa merusak buah. Kita semprot 2 hari sekali. 1 tangki berisi 20 liter semprot buah untuk 5 pohon,” terang Santoso.

Santoso mengaku memiliki 3 hektar kebun mangga. Tiap hektar berisi rata-rata 100-110 pohon, dan 1 pohon bisa berbuah antara 50 kg sampai 2 kwintal. Untuk saat ini, dirinya belum bisa memenuhi permintaan pasar yang begitu tinggi, lantaran memang belum memasuki panen raya mangga, yang ia sebut nanti pada bulan September hingga Desember mendatang

“Setiap hari selalu ada permintaan mangga di beberapa daerah di Jawa Timur, bahkan dari Jakarta juga meningkat. Dan saat ini musimnya karena memang belum banyak, jadi kami tidak bisa memenuhinya. Sudah kami jelaskan bahwa tidak banyak yang bisa kita panen, karena menunggu satu bulan lagi dan bersabar,” imbuhnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Nurul Yaqin