SURABAYA, FaktualNews.co – Banyak orang menganggap sakit di bagian sendi itu hal biasa. Bahkan tidak sedikit orang membiarkan sakit itu terus berkelanjutan tanpa ada upaya penyembuhan medis yang maksimal.
Namun, sebaiknya sakit di persendian jangan dianggap sepele. Karena, bisa jadi penyakit itu adalah osteoarthritis. Osteoarthritis ialah salah satu jenis nyeri sendi yang paling umum terjadi. Selain terasa sakit dan kaku, pembengkakan juga dapat terjadi pada sendi-sendi tersebut.
Sendi yang paling sering mengalami kerusakan pada kondisi ini meliputi tangan, lutut, pinggul, dan tulang pungggung. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa sendi-sendi yang lain juga bisa terserang.
Dokter Spesialis Bedah Tulang Konsultan Panggul dan Lutut OMNI Hospitals Alam Sutera, dr. Moch Nagieb, mengatakan, penyakit osteoarthritis biasanya menyerang usia lanjut khususnya bagi mereka yang berusia di atas 45 tahun. Namun, dengan rutinitas ataupun trauma tertentu tidak menutup kemungkinan usia muda juga ada yang mengalami nyeri sendi meskin dalam sekala rendah.
“Gejala osteoarthritis umumnya berkembang secara perlahan-lahan dan semakin parah seiring waktu. Tingkat keparahan gejala penyakin ini bisa berbeda-beda pada tiap penderita serta lokasi sendi yang diserang,” kata dr. Moch Nagieb.
Rasa sakit dan kaku pada sendi merupakan gejala utama osteoarthritis. Gejala ini bahkan bisa membuat penderita kesulitan untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Rasa sakit atau nyeri pada sendi biasanya akan muncul ketika sendi digerakkan dan sensasi kaku akan terasa setelah sendi tidak digerakkan untuk beberapa waktu.
“Misalnya saat bangun pagi. Selain itu, ada gejala-gejala lain yang mungkin menyertai di antaranya kelenturan sendi yang menurun, sendi yang mudah nyeri, lemas otot dan massa otot yang berkurang,” lanjutnya.
Menurut dr. Nagieb, gejala-gejala tersebut bisa datang dan pergi atau terjadi secara terus-menerus. Kekambuhan ini mungkin bisa dipengaruhi oleh jenis aktivitas yang anda jalani serta cuaca. Ia menyarankan bagi anda yang merasakan keluhan ini agar memeriksakan diri ke dokter. Apalagi jika gejala-gejala osteoarthritis yang dialami tidak kunjung reda selama beberapa minggu.
“Pemeriksaan ini memungkinkan dokter untuk mengetahui penyebabnya jika belum terdiagnosis atau tingkat keparahannya jika sudah terdiagnosis,” terang dr. Nagieb.
Osteoarthritis, menyebabkan tulang rawan mengalami kerusakan secara perlahan-lahan. Tulang rawan adalah jaringan ikat padat yang kenyal dan elastis. Jaringan ini menyelubungi ujung tulang pada persendian untuk melindunginya dari gesekan.
Penyebab kerusakan tulang rawan tersebut belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga bisa memicu kondisi itu, yaitu:
1. Usia. Risiko osteoarthritis akan meningkat seiring bertambahnya usia seseorang khususnya bagi mereka yang berusia di atas 45 tahun.
2. Jenis kelamin. Wanita lebih sering mengalami osteoarthritis dibandingkan pria.
3. Cedera pada sendi. Sendi yang mengalami cedera atau pernah menjalani operasi memiliki kemungkinan osteoarthritis yang lebih tinggi.
4. Obesitas. Berat badan yang berlebihan menambah beban pada sendi sehingga risiko osteoarthritis menjadi lebih tinggi.
5. Faktor keturunan. Risiko osteoarthritis diduga bisa diturunkan secara genetika.
6. Mengidap kondisi arthritis lain, misalnya penyakit asam urat atau rheumatoid arthritis.
Sedangkan tahap awal diagnosis osteoarthritis umumnya meliputi pemeriksaan fisik pada sendi yang terserang. Dokter akan memeriksa apakah ada pembengkakan serta batas gerakan sendi tersebut. Gejala-gejala dan riwayat kondisi kesehatan Anda juga akan ditanyakan oleh dokter.
“X-ray, MRI scan, serta tes darah kemudian mungkin dianjurkan sebagai pemeriksaan yang lebih mendetail. Selain itu, langkah-langkah pemeriksaan ini berguna untuk memeriksa kemungkinan adanya penyakit lain dan memeriksa tingkat keparahan osteoarthritis yang dialami pasien,” paparnya.
Osteoarthritis termasuk kondisi yang tidak bisa disembuhkan. Penanganan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi gejala agar pasien bisa tetap beraktivitas dan menjalani kehidupan secara normal. Gejala dari kondisi ini terkadang bisa berkurang secara perlahan-lahan seiring waktu.
Gejala bisa ditangani dengan langkah sederhana seperti menurunkan berat badan bagi pasien yang mengalami obesitas, rutin berolahraga, menjalani terapi fisik dan/atau terapi okupasi, menggunakan alat khusus untuk membantu mengurangi rasa sakit saat pasien berdiri atau berjalan dan mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya obat pereda rasa sakit atau obat anti inflamasi non-steroid.
“Jika langkah-langkah tersebut terbukti kurang efektif dan sendi cukup rusak, dokter mungkin akan menyarankan operasi. Prosedur ini dilakukan untuk memperbaiki, memperkuat, atau mengganti sendi agar pasien bisa lebih mudah bergerak,” tandasnya.