JEMBER, FaktualNews.co – Setelah melalui perdebatan yang alot dan memanas, bahkan sampai dilakukan pembahasan yang disterilisasi. Pertemuan para tokoh agama, MUI, dengan yayasan Sekolah Tinggi Dirasat Islamiah (STDI) Imam Syafii, akhirnya menghasilkan enam kesepakatan bersama untuk semua pihak bisa berdamai.
“Ada enam poin kesepakatan damai untuk saling mernghargai dan menjaga situasi kondusif di Jember yang tercinta ini,” ujar AKBP Kusworo Wibowo setelah pertemuan tersebut, Rabu siang (15/8/2018).
Enam kesepakatan itu antara lain, semangat menjaga ukhuwah islamiyah, wathoniyah, dan basyariyah, saling menghargai dengan sikap bekerjasama pada hal-hal yang disepakati serta toleransi pada hal-hal yang berbeda.
Tidak menyebarkan faham yang di yakini kepada pihak lain yang memiliki faham yang berbeda dalam bentuk apapun, Mengedepankan klarifikasi tabayyun tentang hal-hal yang dapat memicu konflik horizontal, Kemudian para pihak sepakat untuk tidak melakukan segala bentuk kekerasan dan intimidasi.
“Apabila masing-masing pihak melanggar terhadap kesepakatan ini maka mendapatkan konsekuensi hukum sebagaimana peraturan perundang-undangan yang berlaku,” tegas Kusworo.
Adanya pembahasan tersebut, kata Kusworo, sebagai tindak lanjut adanya selentingan informasi yang mengancam gangguan kamtibmas. “Makanya diadakan forum kesepakatan ini, sehingga bisa menciptakan ukhuwah islamiah agar kondisi jember aman kondusif dan damai,” tegasnya.
Lebih jauh Kusworo menyampaikan, dalam pembahasan tersebut juga sempat memanas, dan masing-masing mempertahankan pemahamannya. “Karena tadi ada keluh kesah dari masing-masing pihak,” jelasnya.
Karena ada kesepakatan bersama, maka ke depan diharapkan jika ada perbedaan lagi segera dilakukan saling komunikasi dan meningkatkan koordinasi. “Jika ada aspirasi tidak perlu unjuk rasa turun ke jalan. Antar sesepuh bisa langsung bertemu,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua PCNU Jember, Abdullah Syamsul Arifin mengatakan, pertemuan ini untuk meningkatkan kebersamaan antar pihak yang berbeda pandangan satu dengan yang lainnya.
“Untuk pandangan agama memang tidak bisa disatukan hingga kiamat,” tegasnya. Namun, dengan pertemuan ini paling tidak bisa menguatkan ukhuwah islamiyah dan wathoniyah bersama. Dia menuturkan minimal meski tidak bisa bersama dalam kesepahaman tapi bisa bersama dalam perbedaan paham yang ada.
Sementara itu, M. Arifin Badri selaku Ketua Yayasan STDI Imam Syafii menghormati kesepakatan tersebut. “Kami menyambut baik kesepakatan ini, karena ternyata dengan sekedar duduk bersama bisa menyelesaikan masalah,” tuturnya.
“Minimal ini bisa menjadi cambuk untuk pihaknya. Yakni jika ada perbedaan maka diharapkan bisa mengedepankan komunikasi dan silaturahmi,” tandasnya.(Hatta)