Empat Album Rock Kontroversial
FaktualNews.co – Kancah musik rock tidak luput dari lingkaran kontroversi, bahkan tidak jarang sejumlah album rock menuai polemik di kalangan masyarakat. Beragam gagasan, pesan, dan ekspresi kelewat berani dari sang rockstar berpadu menjadi satu dalam sebuah karya musik.
Walau begitu, tidak jarang ide maupun pesan dari musisi tersebut terlampau mendobrak batas di mata publik. Tentu saja hal ini sontak memunculkan pro dan kontra di balutan sebuah album rock.
Berikut beberapa album rock yang menuai polemik seperti dilansir dari Male.
Slayer – Reign in Blood (1986)
Di pertengahan 80-an, nama Slayer mencuat di belantara musik cadas bawah tanah. Puncaknya, saat album ketiga legendaris mereka, Reign in Blood dirilis pada 1986. Diproduseri oleh Rick Rubin, album ini ternyata turut mengundang polemik.
Artwork yang didesain oleh Larry Carroll menuai kontroversi, lantaran menggambarkan objek absurd berbau satanisme di dalamnya. Ditambah lagi konten-konten pada lirik eksplisit yang ditampilkan Slayer di album tersebut.
Bahkan kabarnya, salah satu lagu mereka berjudul Angel of Death terinspirasi dari kisah Josef Mengele, dokter gila dari Nazi.
Cannibal Corpse – Tomb of the Mutilated (1992)
Sudah jadi bagian dari identitas mayoritas band extreme metal untuk menampilkan gambar bertema sadis. Seperti yang dilakukan oleh Cannibal Corpse.
Pada album ketiga mereka, Tomb of the Mutilated yang dirilis pada 1992, band asal New York ini sempat dikecam berbagai pihak, khususnya badan sensor. Album ini menampilkan sampul artwork yang sangat eksplisit, dengan percikan darah serta objek mengerikan di dalamnya.
Di samping itu juga terdapat lagu-lagu berjudul I Cum Blood, Addicted to Vaginal Skin, hingga Entrails Ripped from a Virgin’s Cunt. Alhasil album ini dilarang beredar di Jerman.
Rage Against the Machine – Self Titled (1992)
Saat pertama kali terjun di jagat musik, Rage Against the Machine memang dikenal sebagai band nyentrik di zamannya. Tom Morello dkk kerap dicekal dan tak diizinkan manggung di sejumlah konser lantaran isu-isu politik yang mereka angkat ke publik.
Lewat album self-titled yang dirilis tahun 1992, RATM menggemparkan dunia dengan dituangkannya gelombang protes ke dalam karya musik. Sampul artwork album ini adalah foto seorang biksu Thich Quang Duc yang membakar dirinya.
Seolah-olah, RATM ingin menegaskan bahwa mereka sangat anti politik. Ditambah lagu Killing in the Name, bermaksud menyindir aksi rasisme polisi Amerika Serikat kepada warga kulit hitam.
Marilyn Manson – Mechanical Animals (1998)
Sosok Marilyn Manson memang sulit dilepaskan dari kontroversi. Pasca melepas album studio ketiga, Mechanical Animals (1998), ia dikaitkan dengan Tragedi Columbine.
Tragedi Columbine sendiri merupakan peristiwa penembakan massal yang terjadi pada 1999 di SMA Columbine, melibatkan siswa Eric Harris dan Dylan Klebold.
Segelintir pihak mengklaim bahwa lirik-lirik eksplisit pada konten album Mechanical Animals turut memengaruhi psikis Eric Harris dan Dylan Klebold. Walau begitu, Marilyn Manson menolak jika karyanya menyebabkan tragedi berdarah tersebut.