JEMBER, FaktualNews.co – Tingginya angka balita stunting di Kabupaten Jember yang mencapai 60 ribu jiwa, menjadi perhatian dari Seknas Jokowi.
Organisasi relawan pendukung Presiden Joko Widodo itu menilai, persoalan stunting di daerah penghasil tembakau itu, seharusnya menjadi perhatian dari kepala daerah. Karena persoalan tersebut merupakan tragedi kemanusiaan yang luar biasa.
Namun yang terjadi, dengan kondisi tersebut, Bupati Jember Faida malah melakukan kunjungan kerja ke Belanda, hanya untuk melakukan studi banding pengelolaan tata kota.
“Capaian kinerja Bupati Jember hampir 3 tahun ini, sangat absurd. Jauh dari yang diharapkan masyarakat,” kata Koordinator Seknas Jokowi Jember Sapto Raharjo, Jumat siang (31/8/2018).
Dengan angka kasus balita yang mengalami kurang gizi mencapai 60 ribu jiwa, dan menduduki peringkat 5 tertinggi di Provinsi Jawa Timur, menurut Sapto, hal ini bertolak belakang dengan program Presiden Joko Widodo, yang gencar melakukan operasi pemberantasan stunting.
“Apabila kita berbicara mengenai tingginya angka stunting ini, hal ini akan menjadi hal yang sangat memperihatinkan bagi masa depan generasi muda di Indonesia. Khususnya di Kabupaten Jember,” imbuhnya.
Karena 10-20 tahun ke depan, lanjut Sapto, terjadinya bonus demografi, justru Kabupaten Jember malah melahirkan generasi yang memiliki problem stunting. Bahkan yang lebih memperihatinkan, menurutnya, di tengah situasi masyarakat Jember yang menghadapi persoalan kemanusiaan balita stunting, malah melakukan kunjungan kerja ke Belanda.
“Kondisi seperti ini, Bupati malah melakukan kunjungan kerja ke Belanda dengan agenda studi banding pengelolaan tata kota. Tentu saja hal ini akan memakan anggaran negara yang sangat besar,” tegasnya.
“Kalau hanya untuk studi banding pengelolaan tata kota, kami rasa Bupati Jember bisa belajar ke Bu Tri Rismaharini di Surabaya atau Ridwan Kamil di Bandung,” tukasnya.
Bukannya suatu hal yang salah, ataupun tidak sepakat dengan niat baiknya untuk melakukan kunjungan kerja, namun Sapto menilai hal kegiatan Kunker yang dilakukan Bupati Faida dirasa kurang tepat.
“Sungguh sangat tidak elok dan menodai rasa perikemanusiaan, ketika puluhan ribu balita yang merupakan generasi penerus bangsa menderita stunting, Bupatinya malah ke luar negeri, dan pergi meninggalkan tanah air dengan alasan studi banding,” katanya.
Oleh karena itu, katanya, permasalahan tingginya angka stunting di Kabupaten Jember ini, haruslah disuarakan di tingkat pusat. “Karena ini merupakan tragedi kemanusiaan yang sangat luar biasa,” pungkasnya.