FaktualNews.co

Telaga Biru di Biak, Destinasi Wisata yang Patut Dikunjungi

Wisata     Dibaca : 2540 kali Penulis:
Telaga Biru di Biak, Destinasi Wisata yang Patut Dikunjungi
Pesona.travel
Telaga biru atau telaga Opersnondi di Kota Biak.

FaktualNews.co – Telaga Opersnondi atau yang lebih populer dengan nama Telaga Biru di Kota Biak, merupakan destinasi wisata yang terbilang baru dan juga tengah naik daun.

Lokasi telaga biru di Kota Biak, jaraknya tak terlalu jauh dari pusat kota. Namun, rute yang dilalui cukup menantang. Dipenuhi kelokan-kelokan tajam dan juga tanjakan maupun turunan yang curam.

Sepanjang jalan, kita dimanjakan dengan rapatnya hutan yang berada di sisi kiri dan kanan jalan. Pohonnya pun besar-besar. Membuat perjalanan menuju lokasi tidak terasa membosankan.

Ada pos retribusi begitu mendekati spot wisata tersebut, untuk mobil dikenakan biaya 50 ribu sedangkan motor 20 ribu. Terasa mahal? Rasanya tidak. Karena di sini kita bisa mengunjungi 2 spot wisata yang berbeda Telaga Biru dan juga Pantai Samares sekaligus.

Dari parkiran, susunan anak tangga menyambut setiap pengunjung telaga. Salut dengan fasilitas yang disediakan, sudah sangat memadai. Bangku-bangku semen disediakan dalam jarak tertentu dapat dimanfaatkan untuk rehat sejenak. Kicauan berbagai jenis burung meramaikan suasana hutan yang masih sangat rapat.

Pepohonan di sepanjang jalur ke lokasi pun diberi label nama berikut bahasa latinnya, ini menarik. Jadi, sambil mendaki kita bisa belajar mengenal vegetasi di sepanjang tangga menuju Telaga Biru.

Perjalanan menyusuri tangga ini tidak sampai 300 meter. Pemandangan menakjubkan menyapa dari balik pepohonan, sebuah telaga kecil berdiameter sekitar 30-40 meter. Kontras sekali birunya di antara hijaunya rerimbunan.

Tidak hanya biru, namun kejernihan airnya juga menawan. Pohon-pohon mati dan juga karang-karang di dalamnya terlihat sangat jelas.

Telaga Sakral

Menurut kepercayaan masyarakat Sepse yang tinggal di sekitar telaga, kandungan dari air tersebut memiliki semacam zat pengawet. Berdasarkan cerita, ranting-ranting dan batang mati yang ada di dalamnya sudah ada sejak masa leluhur orang Sepse. Dan benda-benda tersebut tidak lapuk dan terurai di makan waktu. Dan konon dahulu tempat ini disakralkan oleh masyarakat setempat.

Fasilitas yang menunjang kenyamanan wisatawan juga di sediakan di sekitar telaga, jembatan-jembatan kayu yang tampaknya belum lama dibangun,, sehingga pengunjung tidak lagi harus meniti batu karang yang licin ketika ingin menggapai tepi telaga.

Di sana-sini tersebar poster-poster yang menggalakkan kebersihan, dan kelestarian alam. Banyak kalimat-kalimat yang menarik. Salah satunya “Ingat E… Yang tertinggal hanya jejak kaki, karena nene dan tete juga tau kalau SAMPAH itu bukan jejak kaki…. “.

Tampaknya lokasi ini dijaga betul oleh Kelompok Ekowisata Kampung Sepso yang mengelola lokasi ini. Disadari atau tidak, sampah memang menjadi momok bagi area-area wisata di Indonesia, seperti dilansir dari Pesona.Travel.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
S. Ipul