JEMBER, FaktualNews.co – Pemanfaatan sistem resi gudang (SRG) program yang dideklarasikan pada tahun 2014 lalu, dipertanyakan fungsi dan kegunaannya. Karena SRG yang mestinya sebagai tempat untuk menyimpan sementara tanaman pangan semacam padi, jagung, kedelai, ataupun lainnya, malah tersiar kabar jika di Gudang SRG di Desa Wirowongso, Ajung, digunakan untuk menyimpan barang mesin milik Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Jember.
“Karena memang Gudang SRG belum bisa digunakan. Padahal, saat ini Gudang SRG ini sangat dibutuhkan oleh para petani. Seperti saat ini menjelang panen, petani membutuhkan sistem resi gudang namun tidak jelas di Jember,” kata Edy Suryanto, Pengelola resi gudang, Selasa (4/9/2018).
Menurutnya SRG ini merupakan program dari pusat untuk masyarakat petani di Jember. Tetapi sejauh ini belum ada tindak lanjut dari Pemkab Jember untuk membantu petani dalam melaksanakan dan memanfaatkan Gudang SRG. “Padahal, gudang SRG ini cukup besar, bisa menampung total 2 ribu ton sehingga sangat dibutuhkan oleh petani,” jelas Edy.
Namun yang membuatnya kecewa saat melihat langsung ke lokasi Gudang SRG di Jember bersama dengan staf Kementerian Perdagangan RI. Dirinya mengaku kaget saat melihat ruangan dryer yang ada di gudang. “Gudang sudah penuh, tetapi bukan barang pahan panganan petani, melainkan oleh dandang, mesin dan sebagainya. Apa maksudnya ini?” ungkapnya kecewa.
Dari hasil foto terlihat selain dandang, wajan, ada juga penggilingan, selep dan lain sebagainya di dalam Gudang SRG itu. Tentu saja, para petani pun mempertanyakan keberadaan barang-barang tersebut. Sepertinya ini merupakan barang milik Dinas Perindutrsian Pemkab Jember untuk program toko dan warung berjaringan.
Karena seharusnya yang boleh berada di dalam gudang tersebut adalah barang pangan milik petani, khususnya padi. “Ini aneh barang rongsokan dan barang ndak jelas dimasukkan kesana,” tandasnya.
“Gudang dialihfungsikan. Kan sama saja menelantarkan aset negara dengan nilai Rp 5,6 miliar itu,” sambungnya. Selain itu, katanya, petani yang seharusnya bisa memanfaatkan untuk menyimpan hasil panennya juga tidak bisa beroperasi sama sekali.
“Kapasitasnya 2 ribu ton padahal,” jelasnya. Padahal, jika bisa dimanfaatkan maka resi dari SRG ini bisa digunakan oleh petani untuk meminjam modal di kepada perbankan. Uang modal ini bisa digunakan untuk melanjutkan tanam kembali dan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari lainnya.