FaktualNews.co

Desa Kumuh Beraroma Tak Sedap di Pasuruan, Kini Berubah Bersih Berenergi

Ekonomi     Dibaca : 871 kali Penulis:
Desa Kumuh Beraroma Tak Sedap di Pasuruan, Kini Berubah Bersih Berenergi
FaktualNews.co/Aziz/
Biogas di Desa Balunganyar sudah menjadi kebutuhan warga sekitar. Tiap hari dimanfaatkannya untuk memasak kebutuhan sehari-hari.

PASURUAN, FaktualNews.co – Kondisi Desa Balunganyar, Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan, dulu dikenal sebagai desa kumuh beraroma tak sedap. Ini lantaran banyaknya kotoran sapi yang berada di desa tersebut. Kini, atas kesadaran warga setempat, julukan kurang enak didengar telinga ini, menjadi Desa Mandiri Energi.

Bukan tanpa alasan, ratusan warga kini sudah merasakan manfaat biogas dari kotoran sapi yang selama bertahun-tahun merupakan momok. Saat ini, tak ada lagi tumpukan kotoran sapi yang menimbulkan bau tak sedap. Yang ada justru membuat lingkungan menjadi bersih plus menghemat pengeluaran rumah tangga setiap bulannya.

Seperti yang dilakukan salah satu warga bernama Seneman (52), warga Dusun Wedusan Kidul, Desa Balonganyar. Sudah dua tahun memanfaatkan biogas untuk kebutuhan memasak di dapur. Sebelumnya, untuk memasak, dia selalu membeli elpigi 3 kg dengan pengeluaran sampai Rp 75 ribu untuk membeli 3-5 tabung sebulan.

“Kalau dulu sebelum ada biogas ini, urusan memasak tentunya harus beli elpigi. Meskipun saya juga jualan, tapi ya tetep beli elpigi. Tapi sekarang sudah tidak lagi sejak dua tahun lalu, dan bisa menghemat banyak pengeluaran. Karena cukup pakai biogas dari kotoran sapi saya sendiri,” tandas Seneman, saat ditemui, Minggu (9/9/2018).

Ia mendapat bantuan Dana Desa (DD) melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) tahun 2016 sebesar Rp 25 juta. Bantuan itu dipergunakannya untuk membangun instalasi biogas, mulai dari pembelian jaringan pipa, pembangunan sumur/kubah/lubang berukuran 4 meter persegi sebagai lubang penyimpan kotoran sapi hingga pembelian batu bata, semen, besi dan material lainnya.

“Alhamdulillah dibantu meskipun supaya permanen dan lebih bagus instalasi ini, saya juga mengeluarkan biaya tambahan untuk pembangunan biogas. Totalnya kira-kira sampai Rp 30 jutaan. Saya berharap dengan adanya instalasi biogas ini, tentunya akan membawa dampak lingkungan yang sehat,” paparnya.

Hingga kini, Seneman memiliki 15 ekor sapi perah yang bisa menghasilkan susu hingga 20 liter per ekornya. Untuk kotorannya, ia sudah memiliki wadah yang siap menampung kotoran itu hingga tersimpan di sumur yang sudah dibangunnya. Selain itu, belasan warga lainnya juga ikut merasakan manfaat biogas yang ada di rumahnya.

“Tak kurang dari 15 tetangga yang ikut merasakan manfaat biogas ini. Biaya lebih murah dan gak usah beli ke toko. Tetangga yang sudah memanfaatkan instalasi ini, sudah merasakannya. Bahkan mereka bisa memandingkan antara menggunakan elpigi lagi. Biogas disamping aman juga murah,” tandasnya.

Sementara itu, Mulyadi (32), Sekretaris Desa, Balunganyar mengaku, sebelum lancar seperti sekarang, pihaknya mengalami kesulitan dalam meyakinkan warga agar mau memanfaatkan biogas. Alasannya tak lain kurangnya pengetahuan dan pemahaman warga akan pentingnya membangun biogas dari kotoran sapi.

“Waktu itu Pak Sholeh sebagai Kepala Desa, dibantu kami sebagai perangkatnya terus berusaha mendekati warga agar mau membangun biogas. Awalnya sudah kami lakukan sejak tahun 2009. Apalagi kami melihat bahwa hampir semua warga punya sapi. Dari pada kotorannya terbuang dan bahkan menimbulkan bau menyengat, kami ajak untuk menggunakan biogas,” bebernya.

Hanya saja, mulai tahun 2011, melalui dana bantuan dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Pasuruan, yang saat itu bernama Badan Pemberdayaan Masyarakat. Pihaknya membangun beberapa instalasi biogas percontohan dari bahan plastik, dan warga banyak yang menyetujuinya.

Menurut Mulyadi, kepercayaan warga sempat pecah karena instalasi biogas yang terbuat dari plastik mengalami kerusakan akibat digigit tikus. Sehingga dicarikan solusinya dengan bahan yang tak mudah pecah atau bisa rusak digigit tikus. Upaya tersebut dilakukannya dengan mengubah dengan bahan beton.

“Dulu barangnya dari plastik, dan seiring berjalannya waktu tiba-tiba instalasinya bocor karena digigit tikus, itulah yang sempat membuat warga tak percaya dan banyak warga yang enggan gunakan biogas. Tapi setelah kami jelaskan dan diganti dengan bahan beton, maka semua warga mau dan tahu hasilnya,” tandasnya.

Seiiring berjalannya waktu, kini warga sudah banyak yang memanfaatkan biogas, karena warga sudah membuktikan akan manafaatnya. Untuk tahun 2018, Mulyadi menegaskan akan ada pembangunan 12 instalasi biogas di Desa Balunganyar. Dimana sebanyak 6 unit diantaranya berasal dari anggaran DD dan 4 unit dari swasta, yakni PT Indonesia Power.

“Kami berdoa agar 7.225 warga se-Desa Balunganyar, bisa menjadi pemanfaat biogas semuanya. Karena manfaatnya besar dan bisa dijangkau meski dalam tahap awal memerlukan biaya yang tak sedikit. Apalagi saat ini populasi sapi perah mencapai 7.825 ekor atau lebih banyak dari jumlah warga,” terangnya.

Seperti diketahui, Pemkab Pasuruan, menetapkan Desa Balunganyar, sebagai Desa Mandiri Energi mulai tahun 2016. Bupati Pasuruan terpilih periode 2018-2023, HM Irsyad Yusuf, mengaku bangga dengan semangat dan ketekadan warga Balunganyar yang mendukung program pemerintah di bidang pemanfaatan kotoran sapi menjadi biogas disamping lingkungan bersih.

“Saya mengapresiasi warga Desa Balunganyar, yang siap membangun desanya. Ada banyak anggaran yang bisa dimanfaatkan untuk perekonomian desa, baik dari Dana Desa, Anggaran Dana Desa maupun dari APBD. Kita berikan kesempatan setiap desa, termasuk Desa Balunganyar, untuk memanfaatkan dan tepat sasaran sesuai potensi desa,” tutur Irsyad.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Nurul Yaqin