PASURUAN, FaktualNews.co – Ancak (sesajian), sebagai ungkapan rasa syukur pada Sang Pencipta, bagi kalangan orang Jawa mempunyai makna tersendiri. Bahkan bagi masyarakat Kelurahan Prigen, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, mereka melakukannya sebagai ritual turun temurun selama puluhan tahun.
Ritual tersebut digelar ribuan warga di lapangan Kelurahan Prigen, Senin (10/9/2018) pagi. Mereka saling berebut ancak yang sudah suci dan diyakini akan membawa berkah, karena telah mendapatkan doa dari sesepuh desa. Tradisi desa ini dilakukan setiap dua tahun sekali.”Tradisi ini sudah lama digelar warga di sini,” urai Agus, warga sekitar, saat giat ancak berlangsung.
Untuk memeriahkan dan rasa kebersamaan antar warga, tiap Rukun Warga (RW) kirimkan ancak sebagai selamatan desa. Ancaknya bisa bervarisasi. Bisa berupa buah, sayur, makanan, jajanan atau lainnya yang sudah dihias. Setelah dihias, ancak ini dikumpulkan menjadi satu, dan selanjutnya tokoh agama dan sesepuh desa duduk bersila di depan ancak.
Mereka melakukan tradisi dengan ritual dan berdoa. Harapannya, masyarakat di sini diberikan keberkahan, kelancaran usahanya, dan keselamatan dari mara bahaya. Setelah didoakan, ancak dijadikan rebutan antar warga. Masyarakat di sini percaya yang mendapatkan sebagian ancak akan meraih berkah, usahanya lancar, barokah dan selamat dari bahaya.
Mereka saling berebut untuk mendapatkan ancak. Tapi mereka tetap rukun dan tertib meski saling berebut.
“Saya dapatkan apel dan pisang. Allhamdulillah lumayan bisa buat makan di rumah. Mudah – mudahan buah ini membawa berkah dan keberuntungan untuk semuanya,” ungkap Isbi, salah satu masyarakat yang ikut berebut dan beruntung mendapatkan buah.
Ia mengaku warga setempat percaya, yang mendapatkan buah atau apapun dari ancak suci ini bisa berkah. Ritual ancak bagi warga sekitar, ditunggu sejak beberapa hari. Sekaligus sebagai momentum agar desa mereka selamat dari bencana yang bisa terjadi sewaktu-waktu, seperti bencana alam, puting beliung dan gempa bumi.
Camat Prigen, Mujiono berharap tradisi seperti ini bisa dipertahankan. Ia menyebut acara tersebut sebuah budaya yang harus dilestarikan. Selain memiliki arti untuk menysukuri nikmat dan keberkahan yang sudah ada, juga untuk melestarikan budaya.”Acara ini diikuti semua masyarakat di sini. tua, muda, besar, kecil sama saja,” terangnya.
Ditambahkan, kegiatan tersebut punya budaya yang tak boleh punah. Bahkan semua masyarakatnya guyub dan ikut meramaikan dan melaksanakan tradisi budaya ini. Dalam acara ini, juga ada penampilan ludruk, reog, jaranan dan sejumlah kesenian tradisional lainnya. Harapannya agar generasi muda mengenal dan mencintai kesenian tradisional yang mulai redup.