Sebagai Benda Bersejarah, Gardu Aniem Kini Semakin Banyak yang Punah
JOMBANG, FaktualNews.co – Pada masa jaman dulu (jadul), listrik biasa disebut dengan kata aniem. Sementara tiang listrik, yang biasa berdiri berjajar di pinggir jalan, disebutnya sebagai “cagak aniem”. Cagak aniem ini, mungkin saja sebutan orang Jawa ketika itu. Bukan “tiang listrik”, sebagaimana orang menyebutnya sekarang.
Menurut Zeva Laksmi (30), salah satu pemerhati benda jaman kolonial, kata aniem adalah nama sebuah perusahaan listrik swasta di Belanda. Yakni Algemeen Nederlands Indische Electriciteit Maatschappij jika diakronimkan menjadi kata Aniem.
Ketika itu, perusahaan tersebut didirikan di Jakarta, pada tahun 1897 lebih tepatnya di Gambir. “Setahu saya gardu aniem itu gardu listrik. Aniem itu nama perusahaan listrik jaman Belanda, ibaratnya kalau sekarang PLN,” Kata Zeva Laksmi kepada FaktualNews.co, di rumahnya Trowulan, Mojokerto, pekan lalu.
Menuritnya Aniem sendiri merupakan perusahaan listrik yang langsung berada di bawah NV Handelsvennootschap yang sebelumnya bernama Maintz & Co. Perusahaan ini berada di Amsterdam, Belanda.
“Sebenarnya ada unit khusus yang melakukan pendataan cagar budaya. Saya kurang tahu kalau di situ sudah didata atau belum, dan keadaannya apakah jauh lebih terawat dari pada yang di Surabaya atau tidak.” ujar Zeva .
Seiring dengan masa kemerdekaan Indonesia, lanjutnya, perusahaan listrik swasta Belanda ini sempat diambil alih oleh pemerintah Indonesia. Tapi sebelum diambil alih oleh Indonesia, sebelumnya sempat diambil alih oleh Jepang terlebih dahulu.
Namun pada akhirnya seiring perkembangan jaman beberapa bangunan seperti gardu induk listrik peninggalan Aniem kini menjadi bangunan yang tidak lagi berfungsi, sebagai pengelola tenaga listrik. Seperti halnya gardu Aniem yang berada di perempatan Jalan Cak Durasim, Jombang, Jawa Timur.
“Di Surabaya juga ada, di Mojokerto juga ada. Di Surabaya itu, teman saya pernah melakukan pendataan bangunan kolonial. Kondisi sekarang gardu Aniem sudah tidak berfungsi, kebanyakan sekarang kalau di Surabaya digunakan tidur orang-orang Tunawisma di Jombang, sepertinya masih mendingan,” paparnya.
Lebih lanjut Jeva menjelaskan, pada jaman dulu, lokasi gardu Aniem selalu berada di tengah kawasan perumahan elite. Seperti kawasan pusat pemerintahan dan kawasan tempat tinggal para pengusaha atau konglomerat.
Hal ini juga terlihat dari keberadaan salah satu gapura Aniem di Jombang yang berada tepat di perempatan Jl. Cak Durasim. Di tempat itu, hingga saat ini menjadi lokasi kantor pusat pemerintahan Kabupaten Jombang.
“Kalau jaman dulu gardu ini diletakkan di dekat perumahan elite, karena dia memang jaman dulu untuk mensuplai listrik. Contohnya pada jaman kolonial daerah dekat graha wismilak itu kawasan elite makanya ada gardu Aniem di situ,” jelasnya.
Zeva memperkirakan jika dahulu ada cukup banyak Tugu Anim di Jombang atau di kota-kota besar lainnya. Namun, seiring dengan berjalnnya waktu, gardu Aniem banyak yang kemudian rusak atau sengaja dihilangkan karena berbagai alasan.
“Harapan saya mungkin harus ada peran semacam sosialisasi untuk masyarakat. Karena kelestarian itukan juga untuk masyarakat. Jadi harus ada keseimbangan antara pemerintah dan masyarakat. Karena itu, juga bentuk bukti sejarah,” pungkasnya.