FaktualNews.co

Upacara Adat Ngitung Batih, Tradisi Temurun Masyarakat Trenggalek

Advertorial     Dibaca : 3021 kali Penulis:
Upacara Adat Ngitung Batih, Tradisi Temurun Masyarakat Trenggalek
FaktualNews.co/Suparni/PB/
Terlihat sakral prosesi upacara adat Ngitung Batih di Trenggalek.

TRENGGALEK, FaktualNews.co-Kabupaten Trenggalek Jawa Timur, selain terkenal dengan destinasi wisata alam, juga memiliki beragam tradisi adat istiadat. Salah satunya upacara adat ‘Ngitung Batih’ yang merupakan tradisi turun temurun dan digelar setiap bulan Suro, sebagai wujud kearifan lokal masyarakat Kecamatan Dongko, Trenggalek.

Setiap prosesi yang dilakukan memiliki arti dan menggambarkan kearifan masyarakat sekitar. Mulai dari menjalin kelekatan dan keharmonisan masyarakat di 10 desa yang ada di Kecamatan Dongko, Trenggalek, hingga berbagi kasih kepada sesama.

Keanekaragaman prosesi kegiatan ini memang menjadi daya tarik masyarakat. Selain tak mengurangi nilai kesakralannya, kegiatan yang diyakini sudah dilakukan selalu mengundang animo masyarakat.

“Upacara adat Ngitung Batih ini penuh syarat dan makna. Dan digelar turun menurun setiap tahun, tepatnya pada bulan Suro,’’ ucap Johan Suharjo, tokoh masyarakat setempat, Selasa malam (11/9/2018).

Menurut Johan, makna dibalik tradisi Ngitung Batih ini adalah untuk mempererat tali silaturahmi, sekaligus untuk menjalin komunikasi antar masyarakat serta berbagi pengalaman termasuk perihal kesehatan.

“Intinya mencari keselamatan, apakah tahun ini saudara kita masih diberikan kesehatan dan lain sebagainya seperti tahun sebelumnya. Makanya dikatakan Ngitung batih atau menghitung saudara kita,” jelasnya.

Johan menambahkan, upacara adat Ngitung Batih ini memiliki ciri khas tersendiri dengan kirab takir plontang hingga pelepasan hewan ternak. Selain itu setiap rumah warga juga dipasang panjang ilang, menggambarkan prosesi upacara tersebut tengah berlangsung.

Antusiasme masyarakat tak hanya sekedar melihat, namun mereka berebut hasil sedekah bumi yang sebelumnya diarak warga dan berharap mendapat berkah. Pada penghujung puncak kegiatan, juga ada pagelaran wayang kulit hingga pesta kembang api.

“Jadi pelepasan hewan ternak yang nanti dilepaskan oleh pimpinan kita dan diperebutkan oleh warga, tujuannya agar kita sama-sama menikmati kenikmatan bersama,” pungkasnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Nurul Yaqin