FaktualNews.co

Asal Mula Kesenian Asli Trenggalek, Tari Turonggo Yakso

Wisata     Dibaca : 9212 kali Penulis:
Asal Mula Kesenian Asli Trenggalek, Tari Turonggo Yakso
FaktualNews.co/Suparni PB/
Seni tari tradisional khas Trenggalek, Jaranan Turonggo Yakso.

TRNGGALEK, FaktualNews.co – Kabupaten Trenggalek dikenal dengan keindahan alamnya, selain itu berbagai kesenian berkembang di wilayah pesisir selatan Jawa tersebut. Salah satunya seni tari tradisional Jaranan Turonggo Yakso.

Tari Turonggo Yakso merupakan kesenian asli Kabupaten Trenggalek. Awalnya kesenian ini berasal dari wilayah Kecamatan Dongko yang terletak di daerah pegunungan 30 kilometer arah selatan kota Trenggalek.

Di wilayah tersebut, terdapat upacara adat ‘baritan’ yang hidup turun temurun. Hingga upacara itu menjadi sebagian dari kehidupan masyarakat yang ada diwilayah tersebut.

“Berawal dari upacara adat Baritan inilah, kesenian tradisional tari Turonggo Yakso di Kabupaten Trenggalek berdiri,” kata Kepala Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Trenggalek, Joko Irianto, Sabtu (15/9/2018).

Joko menceritakan, tari Turonggo Yakso merupakan kesenian asli kabupaten Trenggalek. Yang pada awalnya kesenian ini berasal dari ‘Baritan’ yaitu sebuah ritual yang dilakukan oleh masyarakat kecamatan Dongko sejak lama.

Upacara adat baritan tersebut diselenggarakan setiap tahun pada bulan Suro (Muharam) dengan hari dan tanggal yang ditentukan oleh sesepuh (Pawang) yakni orang yang dianggap menguasai tentang hal tersebut.

Berkat jasa Puguh yang juga merupakan warga Kecamatan Dongko, dengan memperkenalkan kesenian Turonggo Yakso. Akhirnya kesenian ini mulai dikenal sebagai kesenian asli Trenggalek yaitu pada tahun 80-an.

Tari Jaranan Turonggo Yakso ini menceritakan tentang kemenangan warga desa dalam mengusir marabahaya atau keangkaramurkaan yang menyerang desanya.

“Akhirnya hingga saat ini tari Turonggo Yakso atau yang sering dikenal Jaranan Turonggo Yakso sudah dikenal hingga manca Negara,” tuturnya.

Joko menambahkan, dengan dikehidupan masyarakat Dongko yang sehari hari lebih dominan pada sektor pertanian dan perdagangan.

Mengkondisikan upacara adat Baritan tersebut sebagai salah satu bagian kehidupan yang diselenggarakan secara rutin sebagai wujud puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

“Pelaksanaannya upacara adat Baritan ini, para petani pemilik rojo koyo berkumpul sambil membawa perlengkapan sesaji berupa ambeng dan longkong serta membawa tali yang dibuat dari bambu yang disebut dadung,” pungkas Joko.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
S. Ipul