JEMBER, FaktualNews.co – Warga Kecamatan Silo, Kabupaten Jember tetap keras menolak adanya kegiatan pertambangan di wilayahnya. Tanggapan keras tersebut tetap sama, seperti yang pernah disampaikan pada tahun 2016 silam.
Bahkan terkait beredarnya informasi diterbitkannya surat Keputusan Menteri (Kepmen) Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1802 K/30/MEM/2018 tertanggal 23 April 2018 itu, warga pun tetap dengan pendiriannya tegas menolak tambang.
“Kami warga di sini menolak, apabila di wilayah kami ini ditempati penambangan. Karena warga tidak mau, lahan pertanian jadi rusak. Karena sejak dulu pun, terakhir 2016 kemarin, memang warga tidak menyetujui, bila penambangan emas dilakukan di wilayah Silo. Utamanya di Desa Harjo Mulyo,” ujar Okta (49) salah seorang warga setempat, Rabu (19/9/2018).
Warga beralasan menolak, karena menurut mereka, dengan adanya pertambangan, akan merusak alam, dan malah akan membuat lingkungan sekitar terkena imbasnya.
“Warga menolak, tentu karena banyak hal, diantaranya alam yang berada di sekitar kita sangat rentan dengan bencana alam, longsor, dan banjir. Sehingga kami tetap tegas menolak. Itupun sudah pernah kita sampaikan dulu di depan bupati saat demo di pemkab,” tegasnya.
Okta berharap, Bupati Jember tidak lupa dengan janjinya. Bahkan meskipun dengan adanya surat Kepmen yang sudah beredar. “Semoga Bu Faida tetap ingat,” jelasnya.
Senada dengan yang disampaikan Okta, Kepala Dusun Curah Ungkal, Desa Harjo, Syafiudin juga mengungkapkan jika dirinya tegas menolak kegiatan tambang di Silo.
“Sejak awal dulu, warga tegas menolak. Wilayah Pace atau Silo ini merupakan simpanan air. Apabila ditambang, secara langsung debit air akan berkurang untuk Jember,” sambung Syafiudin.
Akibat lain yang juga bisa terjadi, seperti halnya efek negatif bahan kimia ammonia untuk penyulingan emas, dan juga khawatir adanya bentrokan sosial masyarakat.
“Warga dipastikan akan terjadi pro dan kontra, terkait pertambangan ini. Hubungan atau kerukunan masyarakat ini mulai retak. Apakah pemerintah mau? Masyarakat berbenturan dengan adanya tambang,” tukasnya.
“Jika pemerintah beralasan, ingin meningkatkan taraf hidup masyarakat, ini taraf hidup yang bagaimana?. Di wilayah Silo ini dikepung oleh gunung, yang apabila ditambang, masa akan datang, tidak akan bisa bagus untuk anak cucu kami,” tandasnya.
“Masyarakat kami sudah rukun, damai, ekonomi mulai mapan dengan bertani, berkebun dan lain sebagainya. Kita memohon kepada pemerintah, agar penambangan itu tidak dilakukan. Karena mulai tahun 1990an sudah ada isu penambangan, bahkan tahun 2008 pernah ada penambangan emas, namun warga tegas menolak,” pungkasnya.