Kasus Difteri di Jatim Masih Mengkhawatirkan
JEMBER, FaktualNews.co – Kasus difteri di Jawa Timur, meskipun sudah dilakukan Outbreak Response Immunization (ORI) oleh pemerintah, masih mengkhawatirkan. Pasalnya masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui detail dari ciri-ciri penderita difteri tersebut.
Informasi itu disampaikan langsung Arie Rukmantara, Ketua Perwakilan Unicef Pulau Jawa saat menjadi pemateri focus group discussion (FGD) Difteri di salah satu hotel di Jember, Selasa siang (25/9/2018).
“Difteri ini kasus yang mengerikan. Tahun 2017 lalu di Indonesia dikagetkan dengan adanya 954 kasus difteri yang terjadi di 170 kabupaten/kota di 30 provinsi,” ujar Arie saat mengawali pembahasan dalam FGD tersebut.
Bahkan yang mengenaskan, kata Arie, dari jumlah kasus itu sebanyak 44 orang diantaranya meninggal dunia. “Angka kematian atau CFR (Case Fatality Rate) mencapai 4,6 persen,” jelasnya. Hal ini berarti, lanjutnya, dari 100 orang yang menderita penyakit difteri, terdapat 4-5 penderita yang meninggal. Meskipun angka ini lebih rendah dari CFR global yang dirilis WHO 5-10 persen.
Oleh karena itu, Indonesia dikatakan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri apabila ditemukan minimal satu kasus terduga difteri. “Jawa Timur mengalami KLB karena banyaknya warga yang terdeteksi terkena difteri dan sudah ada 16 korban meninggal dunia,” sambungnya.
Ia mengatakan, jika Difteri ini masih menjadi ancaman kesehatan bagi masyarakat di Jawa Timur. Pasalnya, difteri dapat mengakibatkan kematian. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri corynebacterium diphtheriae yang memproduksi racun yang dapat merusak jaringan dan organ tubuh manusia. Difteri dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti penyumbatan saluran pernafasan dan kelumpuhan otot jantung.
Dirinya menuturkan jika banyak masyarakat tidak mengetahui secara detail bahaya difteri. Gejala muncul pun secara bertahap, yaitu demam dengan suhu lebih kurang 38ºC, Bengkak di area leher seperti leher sapi, nyeri saat menelan dan sesak napas disertai bunyi.
Juga adanya selaput berwarna putih keabuan/kehitaman di tenggorokan yang tidak mudah lepas dan mudah berdarah jika dicoba untuk diangkat. Namun, tidak semua orang yang terinfeksi kuman difteri akan menunjukkan gejala yang sama.
“Orang seperti ini disebut carrier (pembawa kuman), dan masih dapat menyebarkan bakteri tersebut,” jelasnya.