FaktualNews.co

Stunting, Butuh Penanganan Holistik dan Hindari Junk Food

Kesehatan     Dibaca : 1004 kali Penulis:
Stunting, Butuh Penanganan Holistik dan Hindari Junk Food
FaktualNews.co/Ilustrasi/
Ilustrasi.

JEMBER, FaktualNews.co – Kondisi kekurangan gizi (stunting) yang dialami anak-anak Indonesia, tidak muncul dalam waktu satu atau dua tahun saja. Butuh penanganan yang sifatnya harus holistik. Bahkan terkait iklan-iklan yang banyak beredar di media elektronik yang mempromosikan jenis-jenis makanan junk food, harus benar-benar dipahami bahwa tidak memberikan manfaat terkait pemenuhan gizi.

Hal itu disampaikan Pendiri Yayasan Tanoker Farha Ciciek, saat mengisi kegiatan edukasi sekolah emak-emak di rumah Tanoker Kecamatan Ledokombo, Jember, menyikapi penanganan stunting yang dinilai tidak hanya terkait pemenuhan gizi.

“Gizi bekerja dalam sebuah ruang yang sarat nilai feodalisme, dampak konsumerisme. Misalkan orang mengira mi instan lebih bergizi ketimbang kangkung. Jadi pendidikan kritis juga harus digarap,” kata wanita yang akrab dipanggil Ciciek ini, Senin siang (8/10/2018).

Selain itu, kata Ciciek, terkait ideologi gender juga berpengaruh terhadap stunting. “Anak perempuan tidak boleh makan ini, makan itu. Orang hamil tidak boleh makan ini, makan itu. Padahal yang tidak boleh dimakan semua bergizi. Pembodohan seperti ini harus diakhiri,” katanya.

Ini artinya, lanjut Cicik, nilai-nilai kepercayaan lokal harus digarap. “Kearifan lokal menjadi sesuatu yang penting dan sekarang tergerus. Dulu para leluhur kita lebih banyak makan sayuran mentah dan kulupan. Sehingga hal itu yang harus dikedepankan, “tandasnya.

Pendiri Yayasan Tanoker ini juga mengatakan, generasi sekarang lebih suka makan junk food. Paradigma itupun juga harus dirubah. “Jadi orang itu kenyang, tapi tidak sehat, mengalami malnutrisi, karena yang dimakan ‘sampah’ semua dan bahan berbahaya,” katanya.

Ciciek pun juga mengkritik, media elektronik yang mengiklankan sesuatu berbahaya seakan-akan bergizi. “Memang susah. Ini bicara kompleksitas. Tak hanya satu sektor, satu kelompok. Ini pemerintah, masyarakat, multi stakeholder,” katanya.

Sebagai langkah upaya edukasi kepada masyarakat, dirinyapun juga kembali menegaskan potensi kearifan lokal. Langkah yang dilakukan pun, dengan menggandeng lembaga pendidikan seperti Universitas Jember untuk melakukan riset dan urun rembug.

Menurutnya, Universitas dalam riset-risetnya harus menjadi dasar untuk bergerak. Dikatakan, pihaknya sekarang sedang bikin riset kebiasaan pangan bekerjasama dengan institusi di Inggris, dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. ” Kami berharap, ini menjadi salah satu dasar untuk bergerak. Mudah-mudahan urun rembuk sedikit, usaha mengatasi stunting dan lain-lain,” pungkasnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Nurul Yaqin