FaktualNews.co

Korban Isu Penculikan Anak, Dua Pria Tewas Dibakar

Internasional     Dibaca : 994 kali Penulis:
Korban Isu Penculikan Anak, Dua Pria Tewas Dibakar
Ilustrasi

FaktualNews.co – Dua orang pria menjadi korban isu penculikan anak yang tersebar melalui media sosial (medsos). Mereka tewas dibakar hidup-hidup sebelum terungkap kebenarannya oleh segerombolan orang di Meksiko.

Insiden dua orang tewas dibakar tersebut, bermula Maura Cordero, pemilik sebuah toko seni dan pekerjaan tangan di sebuah kota kecil Acatlán, negara bagian Puebla, Meksiko Tengah, melihat sekumpulan orang berkumpul di luar kantor polisi di sebelah tokonya.

Cordero, 75 tahun, mendekati pintu dan melihat ke luar. Puluhan orang berada di luar pos polisi di Reforma Street, di pusat kota dan kerumunan orang terus bertambah. Tidak lama kemudian jumlahnya menjadi lebih dari seratus orang.

Dia melihat sebuah mobil polisi melintas tokonya, membawa dua pria ke penjara kecil. Mobil tersebut diikuti lebih banyak lagi orang dan semakin terdengar teriakan mereka menuduh kedua pria yang dibawa ke penjara tersebut sebagai penculik anak.

Dari balik pagar besi pintu masuk pos, polisi mengatakan kedua pria tersebut bukanlah penculik anak tetapi pelanggar hukum ringan. Polisi mengulangi perkataan tersebut berkali-kali, sementara kerumunan terus bertambah.

Kedua korban yakni, Ricardo Flores (21). Pria yang tumbuh di luar Acatlán tetapi kemudian pindah ke Xalapa, kota sejauh 250 km arah timur laut, untuk mempelajari ilmu hukum.

Dan pamanya, Alberto Flores, seorang petani berumur 43 tahun, telah tinggal berpuluh-puluh tahun tinggal di sebuah masyarakat kecil di luar Acatlán. Ricardo baru saja kembali ke Acatlán untuk mengunjungi keluarganya.

Keduanya mengatakan mereka pergi ke pusat kota hari itu untuk membeli bahan bangunan guna menyelesaikan pembuatan beton sumur air. Polisi mengatakan tidak terdapat bukti kedua pria itu melakukan kejahatan. Adapun mereka dibawa ke pos karena “mengganggu ketertiban” setelah didatangi penduduk setempat.

Tetapi kerumunan di luar kantor polisi di Reforma Street mengartikan kehadiran kedua pria tersebut dalam versi berbeda, dibumbui cerita yang yang asalnya tidak jelas dan menyebar lewat pesan pribadi WhatsApp. “Semua orang harap waspada karena adanya wabah penculikan anak di negara ini,” tulis pesan yang berpindah dari satu telepon selular ke telepon selular lainnya.

“Seperti para penjahat ini yang terlibat dalam perdagangan organ tubuh… Dalam beberapa hari terakhir, anak berumur empat, delapan dan 14 tahun menghilang dan sebagian anak ini ditemukan meninggal dengan organ tubuh yang dicabut. Perut mereka dibuka dan dikosongkan.”

Karena terlihat di dekat sekolah dasar bernama San Vicente Boqueron, Ricardo dan Alberto kemudian dianggap sebagai penculik anak. Mereka menjadi korban ketakutan yang dirasakan masyarakat akibat hoax. Berita penangkapan mereka memang menyebar bersamaan dengan desas-desus penculik anak.

Kerumunan orang mendatangi kantor polisi, sebagian karena dipanas-panasi Francisco Martinez atau “El Tecuanito”, orang yang sudah lama tinggal di Acatlán. Menurut polisi, Martinez adalah salah satu orang yang menyebarkan pesan di Facebook dan Whatsapp, yang menuduh Ricardo dan Alberto. Di luar kantor polisi, dia mulai melakukan ‘siaran langsung’ pada Facebook lewat teleponnya.

Sementara pria lain, yang disebut sebagai Manuel oleh polisi, memanjat atap gedung balaikota di sebelah kantor polisi dan membunyikan lonceng kantor pemerintah untuk memberitahu penduduk setempat bahwa polisi berencana membebaskan Ricardo dan Alberto.

Dari tokonya, Maura Cordero menonton dengan ketakutan, sampai dia mendengar dari seseorang di luar bahwa mereka harus melarikan diri karena kerumunan orang akan membakar hidup-hidup kedua pria itu.

Tidak lama kemudian, kumpulan orang itu menjadi gerombolan dengan satu tujuan. Pintu sempit pos polisi dibuka dengan paksa dan Ricardo dan Alberto Flores diseret keluar. Sementara orang mengangkat tinggi-tingi telepon mereka untuk merekam, kedua pria itu didorong ke lantai di bawah dan dipukuli.

Minyak tanah yang dibawa sebelumnya kemudian disiramkan ke tubuh mereka.

Saksi mata meyakini Ricardo sudah meninggal karena dipukuli tetapi pamannya Alberto masih hidup ketika mereka membakar keduanya. Rekaman video memperlihatkan anggota tubuhnya bergerak perlahan saat api melalap mereka.

Jenazah gosong dibiarkan di tanah selama dua jam setelah dibakar, sementara jaksa dari Puebla City dalam perjalanan ke Acatlán.

Petra Elia Garcia, nenek Ricardo dipanggil ke tempat kejadian untuk mengidentifikasi dan dia mengatakan air mata masih terlihat di pipi Alberto saat dia tiba. “Lihat apa yang Anda lakukan kepada mereka!” teriaknya kepada sisa kerumunan orang yang sudah mulai membubarkan diri.

Menurut pemerintah, lima orang itu sekarang didakwa memicu terjadinya kejahatan dan empat orang lain didakwa melakukan pembunuhan.

Martinez, yang menyiarkan secara langsung adegan kekerasan tersebut, Castelan, yang meminta minyak tanah dan seorang pria yang disebut sebagai Manuel yang membunyikan lonceng. Mereka adalah tiga dari lima orang itu.

Dua orang yang diduga penghasut dan empat terduga pembunuh masih buron, kata polisi. (BBC)

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
S. Ipul