FaktualNews.co

Bentuk Komite Khittah, Ulama NU Serukan Muktamar Luar biasa

Nasional     Dibaca : 1405 kali Penulis:
Bentuk Komite Khittah, Ulama NU Serukan Muktamar Luar biasa
FaktualNews.co/Tari/
Halaqah para ulama NU di Ponpes Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang, Rabu (14/11/2018).

JOMBANG, FaktualNews.co – Puluhan ulama menggelar pertemuan di Pondok Pesantren (Ponpes) Bahrul Ulum, Tambakberas, Kabupaten Jombang, Rabu (14/11/2018). Dalam pertemuan itu para ulama sepakat membentuk komite khittah Nahdlatul Ulama (NU).

Komite Khittah ini akan mendorong digelarnya Muktamar luar biasa NU.

Juru bicara, Choriul Anam mengatakan, komite khittah ini akan dipimpin oleh Kh Salahuddin Wahid atau Gus Solah. Ada sejumlah narasi yang dibentuk dalam komite ini. Selanjutnya, narasi ini akan dimintakan restu kepada tiga orang sesepuh NU.

“Hasil halaqah ulama nahdliyin hari ini, kita sepakat membentuk Komite Khittah. Selanjutnya, hasil ini akan kita mintakan restu ke sesepuh NU, yakni KH Maimun Zubair, KH Mustofa Bisri dan KH Tolchah Hasa ,” ujar Chorul Anam atau Cak Anam, Rabu (14/11/2018).

Cak Anam menjelaskan, target Komite Khittah adalah melaksanakan khittah NU yang sudah dicetuskan dalam Muktamar NU ke-27 di Situbondo pada 1984. Yakni, NU adalah organisasi sosial kemasyarakat, bukan organisasi politik. NU tidak ada kaitan dengan partai politik manapun.

Namun belakang ini, lanjut Cak Anam, pengurus PBNU maupun PBNU secara kelembagan tidak memberikan contoh pelaksanaan khittah tersebut. Justru sebaliknya, NU terseret dalam arus politik.

“Contohnya adalah pimpinan tertinggi NU, yakni Rais Aam tidak boleh dicalonkan atau mencalonkan jabatan politik manapun. Itu termaktub dalam anggaran dasar. Akan tetapi hal itu tidak berlaku bagi Kiai Ma’ruf Amin,” kata mantan Ketua DPW GP Ansor Jatim ini.

Cak Anam mengungkapkan, dalam anggaran dasar, wakil Rais Aam bisa menjadi penjabat Rais Aam apabila Ketua Rais Aam berhalangan tetap. Contoh, saat KH Sahaf Mahfudz berpulang ke rahmatullah. Karena berhalangan tetap, akhirnya digantikan oleh KH Mustofa Bisri.

“Saat ini KH Miftahul Ahyar menggantikan KH Ma’ruf Amin sebagai Rais Aam. Padahal, Kiai Ma’ruf tidak berhalangan tetap.
Makanya kami meminta PBNU mengundang ulama NU dan seluruh pimpinan pesantren se-Indonesia untuk membahas pengangkatan Rais Aam yang baru,” ujarnya.

Halaqah Ulama NU ke-2 ini merupakan kelanjutan dari Halaqah sebelumnya yang digelar di pesantren Tebuireng Jombang, bulan kemarin, yang menelurkan tiga poin.

Dalam halaqah ke-2 di kediaman KH Hasib Wahab di Tambakberas ini nampak hadir pengasuh Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) serta KH Suyuti Toha dari Banyuwangi. Kemudian KH Nasihin Hasan dari Jakarta, KH. Maimun dari Sumenep, Kiai Muzamm dari Yogyakarta, serta Tengku Bulkaini dari Aceh.

Berikutnya, ada Musthofa Abdullah dari Bogor,serta Endang Muttaqin dari Tangerang dan beberapa kiai lainnya dari sejumlah daerah di Indonesia. “Pertemuan ke tiga akan kita lakukan pada 5 Desember di Situbondo,” pungkas Cak Anam.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
S. Ipul
Tags