Puncak HGN 2018 di Sumenep, Bupati Busyro Ceritakan Perjuangan Guru Kepulauan
SUMENEP, FaktualNews.co-Dihadapan 50 ribuan lebih guru dari berbagai daerah di Jawa Timur. Bupati Sumenep, Madura, A. Busyro Karim, menceritakan perjuangan guru di Sumenep, untuk mengajar dengan jarak tempuh yang cukup jauh. Sehingga letak geografis tersebut menjadi tantangan luar biasa, yang mungkin tidak dimiliki daerah lain di Jawa Timur.
Diceritakan suami Nurfitriana ini, dengan jumlah penduduk 1.135 ribu lebih, dengan 27 kecamatan, 9 diantaranya terletak di Kepulauan yang terdiri dari 126 pulau. Perjuangan guru kepulauan untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa tidaklah mudah.
“Guru-guru kami, untuk sampai ke sekolah ada yang sampai memakan waktu 24 jam. Misalnya dari sini ke Masalembu itu memakan waktu 14-15 jam dengan cuaca bersahabat. Jika cuaca ekstrim bisa sampai 18 jam, itu baru masuk ke Kecamatan belum ke sekolah. Inilah yang membedakan guru di Sumenep dengan di daerah lain yang tidak memiliki pulau dari sisi tantangan giografis,” terangnya, Sabtu (17/11/2018), di lapongan Gor A. Yani setempat, dalam acara peringatan Hari Guru Nasional 2018, HUT PGRI ke-73 dan Hari Aksara Internasional ke-53.
Maka, tidak salah jika di ujung timur pulau Madura ini, ada beberapa bentuk tunjangan yang diberikan kepada para guru, baik honorer kategori dua (K2), mumpun yang non K2.
“Bagi guru honorer k2 di Sumenep dianggarkan sebesar Rp 8,2 miliar. Ini cara kami memperhatikan dunia pendidikan,” terang Bupati dua periode ini.
Bahkan, sebagai perhatian lebih pemerintah setempat untuk perjuangan para guru di pulau terjauh. Pihaknya mengaku telah mengintruksikan untuk mengangkat guru hononer diluar K2, dengan kucuran anggaran miliaran rupiah secara khusus.
“Untuk tunjangan guru yang non K2, saya ambil khusus untuk guru di pulau yang SD nya jauh langsung mengangkat potensi SDM yang ada disana, dengan anggaran Rp 3,7 miliar plus bantuan transport sebesar Rp 3,6 miliar. Ini bagian dari perhatian pemerintah untuk dunia pendidikan,” tegas politisi senior PKB Sumenep ini.
Sementara itu, Ketua Umum PB PGRI, Unifah Rosyidi menyampaikan, lahirnya PGRI bukan hanya turut serta memperjuangkan kedaulatan NKRI, melainkan juga berperang melawan kebodohan dan keterbelakangan.
“Kita ingin berjuang melawan kebodohan dan keterbelakangan. Sekaligus berjuang mengangkat harkat dan martabat guru,” katanya.
Dalam era revolusi industri 4.0 ini, sistem pendidikan nasional dihadapkan dengan tantangan yang kompleks. PGRI sebagai organisasi profesi, ditantang untuk mampu menggerakkan pendidikan, termasuk memberi andil dalam menghadirkan pemikiran transformatif dalam pengembangan kebijakan pemerintah, dari pusat hingga daerah.
“Dunia hari ini, menghadapi fenomena distruksi yang ditandai dengan perubahan fundamental dalam pendidikan, era ini mendorong terjadinya digitalisasi. Untuk itu kita harus mampu menciptakan pembelajaran yang inovatif, menciptakan peluang menggunakan technologi secara produktif,” tegasnya.
Pantauan media ini, peringatan Hari Guru Nasional, HUT PGRI ke-73 dan Hari Aksara Internasional ke-53 berlangsung meriah. Acara dihadiri lebih dari 50 ribu guru dari berbagai daerah di Jawa Timur. Tampak hadir ketua umum PB PGRI, Ketua PGRI Jatim, Gubernur Jawa Timur beserta rombongan, Bupati, Wakil Bupati Sumenep, ketua TP. PKK, serta para pimpinan Forkopimda setempat. (*)