FaktualNews.co

Keberadaan Galian Fosfat Sumenep Dianggap Mengancam Keselamatan Warga

Peristiwa     Dibaca : 1628 kali Penulis:
Keberadaan Galian Fosfat Sumenep Dianggap Mengancam Keselamatan Warga
FaktualNews.co/Supanjie/
Sejumlah warga saat menunjukkan lokasi tambang di dusun Cabbiya Pesisir, Desa Cabbiya, Kecamatan Talango, Sumenep.

SUMENEP, FaktualNews.co – Bekas gua yang berlokasi di Dusun Cabbiya Pesisir, Desa Cabbiya, Kecamatan Talango, Sumenep, Madura, Jawa Timur, keberadaannya mulai disorot warga setempat.

Protes warga dua Dusun yakni Dusun Cabbiya Pesisir dan Dusun Jeruk Purut bukan tanpa alasan, selain penambangannya diduga ilegal, kekhawatiran lain yang dirasakan warga setempat karena aktivitas galian Fosfat dianggap mengancam keselamatan, karena pengerukan dilakukan tepat berada di bawah bangunan rumah yang mereka tinggali.

Hasil penelusuran media ini di lokasi tambang, dari titik awal pengerukan, panjangnya hampir 1 kilometer melintang ke arah timur, lebar kurang lebih 7 meter, dengan prediksi ketebalan lapisan tanah hanya tersisa 5 meter.

“Dari lokasi galian, ini sudah hampir 1 KM ke timur yang terdampak mas, kita setiap hari diselimuti kekhawatiran, takut longsor, ambruk dan samacamnya, karena titik galian saat ini sudah tepat berada di bawah rumah kami,” kata Munawar, Senin (26/11/2018).

Cikal bakal galian tersebut, diceritakan warga berasal dari gua kemudian dikeruk dan digali oleh warga luar Talango sebagai ladang penghasilan, dengan mengabaikan keselamatan warga sekitar, dentuman suara galian dari dalam gua, terdengar jelas sampai ke atas.

“Hasil galiannya berupa batu kerikil dan tanah, orang biasa menyebut Fosfat, katanya sih itu akan dibuat pupuk,” sambungnya.

Di lokasi galian fosfat tidak satupun dari pekerja yang bersedian memberikan keterangan, dari titik pengerukan, hanya terlihat tumpukan hasil galian yang sudah dibungkus karung ukurang 25 kg, dikemas rapi yang berisi tanah dan batu kerikil.

Dari kubangan galian yang menjadi akses masuk para pekerja tambang, hanya terlihat anak tangga terbuat dari bambu, tumpukan sampah yang dibakar, sehingga terlihat kepulan asap membubung tinggi keluar dari dalam kubangan gua tersebut.

“Tumpukan ini yang nantinya diangkut truk, biasanya setiap hari bisa sampai dua hingga tiga kali truk lewat depan rumah, setiap hari pasti ada aktivitas pengangkutan, paling sedikit, sehari sekali angkut,” tutur warga lain di lokasi, Ahmad Sadali.

Bahkan, perwakilan dari belasan Kepala Keluarga (KK) yang rumahnya tidak jauh dari lokasi penambangan ini, mengaku sudah pernah melakukan protes melalui Kepala Dusun, kepala Desa setempat, hingga kepada Camat Talango, namun tidak mendapatkan tanggapan.

“Sebenarnya kami sudah menemui Kepala Dusun namun tidak ditanggapi, ke Kades hingga pak Camat sudah juga,“ imbuhnya.

Sebenarnya, lanjut Munawar lagi, satu bulan lalu sudah meminta secara baik baik kepada memilik galian tambang untuk berhenti, karena dianggap mengancam keselamatan warga setempat, janjinya akan berhenti, namun hingga saat ini ternyata masih terus beroperasi.

“Sekitar 1 bulan lalu, saya sudah menyampaikan secara kekeluargaan untuk berhenti menambang, bahkan sudah 3 kali billisan, janjinya mau berhenti karena hanya ingin numpang makan (mencari rejeki) kata bosnya, tapi sampai saat ini masih terus,” imbuhnya.

Setahun lalu, galian tersebut sudah memakan korban, ada pekerja yang tertimpa reruntuhan tebing bekas galian. Bahkan hingga meninggal dunia.

“2017 lalu, sampai ada pekerja yang meninggal karena tertimpa reruntuhan galian, satu meninggal, satunya lagi luka luka,” sambungnya.

Sementara itu, belasan KK yang berada di daerah terdampak, berharap kepada Pemerintah segera menghentikan aktivitas galian, sebelum warga setempat menjadi korban.

“Keinginan kami hanya, bagaimana aktivitas penambangan segera dihentikan oleh Pemerintah, karena sudah sangat meresahkan,” pungkasnya.

Dikonfirmasi Terpisah, Kepala Desa Cabbiya Moh. Alwi mengaku tidak ada masalah persoalan galian tersebut, karena lokasinya berada di tanah desa. Gua-nya pun berada di Dusun Banban.

“Tidak terdampak dua dusun itu, itu tanah desa, itu bukan tanah masyarakat, lokasinya itu ada di dusun Banban, warga di Dusun itu tidak ada masalah,” tuturnya saat dihubungi melalui telepon selularnya, Senin (26/11/2018).

Menuturnya, informasi dari warga tidak bisa diterima mentah mentah, harus dikroscek kebenarannya terlebih dahulu.

“Masyarakat yang mana itu, jangan langsung tanggapi, kalau memang ada masalah silahkan laporkan saja,” imbuh Alwi.

Ditanya persoalan izin galian tersebut, pihak desa mengaku belum mengetahui. “Saya tidak tau soal itu, biar saya tanyak dulu,” ujarnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
S. Ipul