Peristiwa

Aksi Jabat Tanggan Peringatan Hari HIV/AIDS Sedunia di Mojoketo

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Dalam memperingati hari HIV/AIDS sedunia 1 Desember. Puluhan aktivi pendamping penderita HIV/AIDS Mojokerto, melakukan aksi jabat tangan kepada para pengendara. Hal ini di lakukan untuk membuang stigma negatif terhadap para penderita HIV/AIDS.

Dengan membawa poster bertuliskan “Saya positif HIV, maukah Anda berjabat tangan dengan saya” salah satu aktivis berjalan ke setiap pengendara di perempatan Puri, tepatnya di jalan raya Jayanegara, Kabupaten Mojokerto.

Berbagai respon pun terlihat. Seperti yang terpantau di lokasi, tak jarang beberapa orang pengendara pun menolak saat berjabat tangan saat di hampiri. Ada juga yang turun dari sepeda motor dan langsung menghampiri untuk berjabat tangan dan memeluk dan banyak juga yang berjabat tangan.

Pendamping penderita HIV Mojokerto Raya, Muhammad Faisol, mengatakan terkait aksi kali ini, dari mulai membagikan bunga, stiker juga mengajak pengendara untuk berjabat tangan, untuk mengurangi stigma negatif terhadap para penderita HIV kepada masyarakat agar semua tau bahwasanya penyakit HIV bukanlah penyakit yang menakutkan.

Selama ini Faisol menilai masyarakat mendapatkan informasi yang salah.
“Kita berharap agar orang yang mempunyai penyakit HIV harusnya mempunyai hak yang sama, mempunyai hak bekerja, kesehatan dan hak hidup, Ini yang kita harapkan dari masyarakat, kepingin mengurangi adanya diskriminasi juga pengusiran terhadap para penderita,” ungkapnya.

Sebab selama ini, yang terjadi di tengah tengah masyarakat terdapat diskriminasi bahkan pengusiran terhadap para penderita HIV/AIDS.

Sedangkan, menaggapi beberapa pengendara yang menolak untuk berjabat tangan, kita tidak menyalakan masyarakat, bahwa peran penting pemerintah sangat di butuhkan, untuk memberikan edukasi kepada masyarakat.

Artinya untuk penanggulangan HIV tidak hanya pemerintah atau pengiat HIV namun semua elemen yang harusnya terlibat. Hal ini untuk menciptakan kepedulian dan terhadap penderita HIV, sehingga kalau ada temuan penyakit HIV di tengah tengah masyarakat atau lingkungan tidak ada stigma buruk bahkan pengusiran.

“Sebab selama ini, yang terjadi di kabupaten Mojokerto seperti itu, ketika kita mendampingi beberapa Klien atau teman, yang terjadi adalah pengusiran yang di lakukan oleh masyarakat juga keluarga,” pungkas Faisol.