Religi

Menengok Geliat Warga Desa Wonosari Pengrajin ‘Kaligrafi’ Kuningan di Pasuruan

PASURUAN, FaktualNews.co – Pasuruan dikenal sebagai daerah santri banyak menumbuhkan geliat perekonomian. Sehingga tak sedikit warganya yang memanfaatkan potensi dan bakatnya itu untuk dikembangkan. Salah satunya adalah seni Kaligrafi, ternyata jadi usaha pemuda di Desa Wonosari, Kecamatan Gondangwetan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Meski tak sebesar wilayah Semarang atau Jepara, Jawa Tengah, namun bisnis kaligrafi ternyata banyak mendatangkan keuntungan plus memberdayakan warga sekitar yang kebanyakan pengangguran. Salah satunya yang dilakukan Fatkhurroji (36), warga Dusun Kili Timur, Desa Wonosari yang menggeluti bisnis kaligrafi sejak tahun 2011 lalu.

Berbeda dengan kaligrafi yang ada di Jepara atau di Demak, Roji sapaan seharinya membuat kaligrafi sablon, sehingga bisa membuat dengan jumlah hingga ratusan buah kaligrafi. “Kalau kaligrafi dari kuningan lama karena harus detail, jika yang pesan banyak pasti kewalahan. Karenanya, saya pilih kaligrafi sablon,” ujar Roji saat ditemui di tempat usahanya, Sabtu (1/12/2018).

Setiap harinya, Roji dibantu 4 orang karyawannya bisa membuat kaligrafi antara 50-70 buah dengan ukuran yang bervariasi, yakni 38 X 90 cm, 45 X 60 cm atau 80 X 100 cm. Dari semua ukuran, harganya juga bevariasi. Untuk ukuran 38 X 90 dijual pada sales dengan harga Rp 45 ribu per buahnya. “Penjualannya selama ini melalui para sales,” tuturnya.

Pemasarannya hampir seluruh daerah di Jawa yang dibantu puluhan sales yang siap memasarkan dan Ia juga melayani pesanan dari Kalimantan dan Sulawesi. “Sekitar 20 orang sales yang siap memasarkan dan selalu mengambil barang dagangan kami untuk dijual ke Kudus, Madiun, Demak, Surabaya, Malang dan ada yang sampai ke Balikpapan dan Samarinda,” ucap Roji.

Dijelaskannya, kaligrafi buatannya seperti Ayat Kursi, Asmaul Khusna, Surat Yasin, dan Al Waqiah. Tiap satu kaligrafi, memakan waktu tiga jam, mulai dari menyablon, mengecat, merantep (member pigura), menjemur hingga memasang kaca. “Prosesnya gampang, bahan kayu pinus untuk pigura juga dari daerah sekitar, atau kalau tidak ada, kita beli di Mojokerto,” ungkap dia.

Sementara itu, untuk keuntungan dari usaha itu, dirinya bisa mendapat laba bersih hingga Rp 10 juta per bulannya. Profit tersebut dipergunakan untuk perluas usaha. “Pokoknya bersyukur, karena bisa untuk mengembangkan usaha ini. Kami berkeinginan cari karyawan yang bisa membuat kaligrafi dari kuningan, tapi susah juga,” tutup dia.