SIDOARJO, FaktualNews.co – Puluhan warga dari dua desa yakni Desa Banjarasri dan Kedungbanteng, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo menggelar aksi unjuk rasa terkait rencana pengeboran sumur baru yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas Inc dikawasan desa tersebut, Senin (3/12/2018).
Dalam aksinya warga membentangkan spanduk pernyataan sikap bertuliskan penolakan keras pengeboran PT Lapindo Brantas Inc. Setelah berorasi dan menggelar aksi demo secara spontan tersebut, mereka masing-masing membubarkan diri.
“Sebenarnya ini bukan kegiatan unjuk rasa, warga hanya ingin mengecek ke sumur TA I, apakah ada aktifitas pengeboran baru,” kata Astorif (50) salah satu warga Desa Banjarasri saat ditemui FaktualNews.co, Senin (3/12/2018)
Dia menambahkan, sebelum dilakukan unjuk rasa penolakan tersebut, empat RT yakni RT 1 sampai RT 4 di Desa Banjarasri sempat mendapat dua kali sosialisasi dari pihak PT Lapindo Brantas Inc disebuah rumah makan dikawasan Kecamatan Candi.
Sosialisasi pertama, pihak lapindo dengan 4 RT di Desa Banjarasri. Kemudian sosialisasi kedua, RT yang diundang pada pertemuan pertama disuruh mengajak lima orang. Selain itu, dalam pertemuan tersebut dihadiri Kades, BPD, empat RT dan perwakilan warga.
“Pertemuan pertama itu dihadiri oleh empat RT. Kemudian pertemuan yang kedua, lima perwakilan dari setiap RT diundang dan setelah tahu niatnya untuk mengebor, semua warga menolak,” jelasnya.
Astorif menjelaskan bahwa jarak TA I dengan rencana pengeboran sumur baru berjarak kurang lebih 100 meter. Sedangkan sumur lama dengan pemukiman warga sekitar 70 meter. “Intinya warga ini masih trauma atas kejadian di Siring Porong, Seharusnya PT Lapindo menyakinkan ke masyarakat bahwa hal tersebut tidak akan terjadi lagi seperti peristiwa 12 tahun silam,” jelasnya.
Dirinya juga menjelaskan bahwa sebelum dilakukan aksi demo, di lokasi sumur TA I ada pekerjaan antara lain perataan tanah sampai pembuatan sumur air kurang lebih selama 7 hari dan ada penjagaan namun bukan dari pihak aparat kepolisian. “Tapi waktu tadi kami gelar aksi, tidak ada pekerjaan, mungkin mereka tahu,” ucapnya.
Sementara menurut pantauan di lokasi, berbagai sepanduk penolakan terpampang di setiap tempat dan selembaran penolakan tertempel disetiap rumah dan pagar milik warga sekitar.