Jumlah Penderita HIV/AIDS di Kabupaten Pasuruan Naik Turun
PASURUAN, FaktualNews.co – Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Pasuruan, dalam kurun waktu lima tahun mulai jumlah penderita HIV/AIDS mencapai 1.767 kasus.
Kabid Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pasuruan, Agus Eko Wahyudi mengatakan, untuk tahun 2014, jumlah temuan kasus HIV/AIDS mencapai 165 temuan dan pada tahun 2015 turun menjadi 100 temuan. “Kalau sudah ditemukan, berarti sudah dinyatakan positif HIV,” katanya, Selasa (4/12/2018).
Menurut dia, jumlah tersebut kemudian naik pada tahun 2016 sebanyak 145 temuan, dan naik terus sebanyak 265 temuan pada tahun 2017 dan naik lagi menjadi 283 temuan pada tahun 2018.
“Saat itu banyak yang kita tes HIV/AIDS, yang positif itu dalam artian ditemukan, dan jumlah yang positif lebih sedikit dari yang hasilnya negatif,” jelasnya.
Agus menuturkan sejak bulan Januari-Desember, jumlah orang yang dites HIV sebanyak 14.392 orang. Dari jumlah tersebut, yang dinyatakan HIV positif sebanyak 283 orang alias 2% dari total yang telah dites HIV, sedangkan sisanya 98% dinyatakan negatif. Kebanyakan mereka yang dinyatakan positif HIV yakni usia produktif antara 25-49 tahun.
Jika diprosentasekan, lanjut Agus, mencapai 81%, sementara 9% mengenai balita dibawah 4 tahun, 6% terjadi pada orang dengan usia 20-24 tahun, 3% pada usia diatas 50 tahun, dan 1% pada remaja usia 15-19 tahun.“Kebanyakan menimpa pada perempuan dengan prosentase sebanyak 59% dan laki-laki di bawahnya, yakni 41%,” sambung Agus.
Dari golongan perempuan, lebih banyak menimpa WPS (Wanita Pekerja Seks) dan laki-laki menimpa pada komunitas LSL (Laki-laki suka laki-laki). Khusus untuk tahun ini, kata dia, estimasi jumlah populasi rawan tertular HIV di Kabupaten Pasuruan justru berbeda dengan mereka yang mengidap HIV/AIDS. Ibu Hamil justru sebagai status rawan tertular HIV.
“Kerawanannya bisa mencapai 26.750 orang, disusul pasien Tubercolosis dengan estimasi mencapai 4728 orang, LSL mencapai 3546 orang, WPS sebanyak 562 orang, WBP (warga binaan pemasyarakatan) sebanyak 451 orang dan waria dengan estimasi mencapai 138 orang. “Berbagai langkah dilakukan untuk mengantisipasinya,” tuturnya.
Pihaknya mengakui intens memberikan pelayanan kepada ODHA (Orang dengan HIV/AIDS), dengan penyuluhan secara dini pada pelajar SMP/SMA melalui pembentukan Pijar Sahid (Putra-putri pelajar sadar HIV/AIDS) sebagai langkah destigmasnisasi, lomba karikatur dan poster tentang HIV/AIDS, pembentukan WPA (warga peduli HIV/AIDS).
Sekaligys juga pemetaan WPS secara langsung, pemeriksaan VCT di Rutan dan wilayah populasi kunci, pelatihan CT-Clinik, kunjungan rumah (LFU) hingga pelayanan pengobatan ARV (anti retro birus) kepada seluruh penderita HIV/AIDS. “Khusus penderita HIV/AIDS harus mengkonsumsi ARV seumur hidup secara tepat waktu untuk bisa menekan jumah virus di tubuhnya,” beber Agus.
Pihaknya juga berusaha mempercepat temuan dini untuk segera mendapatkan pengobatan ARV sehingga penularan bisa terkendali. Untuk menghindari dari penyakit mematikan tersebut, pihaknya mengajak masyarakat untuk menjauhi hal-hal yang bisa beresiko terkena penyakit AIDS, seperti menghindari free sex (seks bebas sebelum menikah).
Selain itu, juga dianjurkan agar tak menggunakan jarum suntik bekas dan kegiatan lainnya. Namun, jika sudah terlanjur terkena AIDS, pihaknya meminta masyarakat segera berobat ke pelayanan kesehatan terdekat. “Dulu bisa mendapatkan obat ARV di rumah sakit, tapi sekarang bisa mendapatkannya di Puskesmas terdekat,” imbuhnya.