SURABAYA, FaktualNews.co – Unit Jatanras Polrestabes Surabaya, Jawa Timur, kembali mengungkap kasus tindak pindana perdagangan orang (TPPO). Pelakunya, Joko Santoso (25) warga Bancar, Kabupaten Tuban.
Pemuda yang bekerja sebagai pelayan cafe di sebuah mall ini merupakan otak pelaku bisnis esek-esek di wilayah Surabaya. Ia menjual wanita-wanita seksi kepada para pria hidung belang yang menjadi pelanggannya.
Kanit Jatanras Polrestabes Surabaya AKP Agung Widoyo mengatakan, penangkapan tersebut setelah pihaknya mengamankan dua wanita yang sedang berkencan di sebuah hotel di wilayah Surabaya. Dari sanalah polisi mengintai bisnis prostitusi terselubung yang dilakukan Joko.
Modus yang digunakan pelaku ini yakni dengan cara berdalih mengajak korban untuk bekerja. “Tersangka ini memanfaatkan tawaran ‘kerja’ kepada korbannya,” kata Agung Widoyoko, Kamis (7/12/2018).
Para korbannya pun awalnya tak mengetahui jika mereka akan dijual kepada para pria hidung belang. Joko secara diam-diam menawarkan para perempuan tersebut kepada orang-orang yang sudah ia kenal.
Setelah tersangka dan pria hidung belang itu setuju mereka kemudian membahas pelayanan melalui pesan singkat WhatsApp. Tersangka, dilanjutkan Agung, mengirim foto perempuan tersebut dan mematok tarif layanan Rp 3 juta kepada pelanggannya.
Setelah bukti transfer diterima, Joko menyuruh perempuan-perempuan yang dipilih untuk bertemu di sebuah hotel. “Sebagai tanda, pelanggan diminta transfer kepada rekening tersangka. Dia (tersangka) mengambil untung Rp 500 ribu,” terangnya.
Miliki 15 ‘Anak Asuh’ Seksi
Kepada polisi, Joko mengakui sudah lumayan lama menggeluti bisnis esek-esek di Kota Pahlawan. Bahkan, hingga saat ini Joko mengaku sudah memiliki 15 ‘anak asuh’ yang selalu siap untuk ditawarkan kepada para pria hidung belang.
“Ada 15 perempuan yang siap untuk kemudian dikomunikasikan dengan pelanggannya,” tutur Kanit Jatanras Polrestabes Surabaya AKP Agung Widoyoko, Kamis (7/12/2018).
Dari 15 perempuan tersebut, satu diantaranya masih berstatus mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Iya (mahasiswi) untuk kampusnya itu dampaknya panjang,” imbuhnya.
Joko mengaku bisnis itu dilakukannya selama satu tahun dengan menawarkan sebanyak 15 perempuan. Korban ditawarkan kepada pria hidung belang yang diakuinya kebanyakan pengusaha kecil.
Tersangka tanpa segan menawarkan dan menunjukan foto-foto korban kepada pelanggannya untuk kemudian bertemu ke hotel setelah pembayaran service. Bisnis tersebut diakui Joko, menambah uang bulanan selain gaji sebagai pelayan cafe untuk memenuhi kebutuhannya di Surabaya.
“Orang yang sudah kenal sering mampir ke tempat kerja saya. Dapat bagian paling banyak Rp 500 ribu sekali (kencan) sisanya buat dia (perempuan), uangnya buat bayar kos, kebutuhan harian,” tandas Joko.