JEMBER, FaktualNews.co – Di Festival Desa Sidomekar, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember, disajikan beragam tarian tradisional, seniman Indonesia maupun mancanegara. Selain itu di festival Sidomekar ini jika ingin berbelanja di pasar tradisional yang berada di wilayah gelaran acara, pengunjung harus menggunakan uang gobog.
Mata uang gobog sendiri dulu digunakan sebagai mata uang kuno zaman Majapahit. Uang gobog memiliki pengertian yang lebih luas. Semua koin tradisional yang memiliki lobang di bagian tengah umumnya digolongkan sebagai uang gobog.
“Nah ini yang beda! Kita mesti bangga, karena sejak zaman dulu, masa Majapahit, sudah ada alat tukar menggunakan uang. Namanya uang gobog itu,” kata Kepala Desa (Kades) Sidomekar, Sugeng Priyadi, Minggu (9/12/2018).
Pihaknya ingin mengenang masa kejayaan itu, lanjut Sugeng, sehingga pada kegiatan Sidomekar Festival, dikonsep belanja di pasar lokasi festival menggunakan uang kepingan gobog itu. “Ya tidak semirip aslinya sih, hanya kepingan kayu yang ditulisi uang gobog, dengan berbagai macam nominal, dari pecahan Rp 2500, Rp 5000, dan Rp 10.000,” katanya.
“Semoga dapat mengingat masa kejayaan kerajaan Majapahit di masa lampau,” tambah Sugeng.
Sementara itu, saat dikonfirmasi terpisah, Tri Andri Mardianto Fasilitator HIDORA menyampaikan, dalam festival ini, menampilkan banyak seniman yang tidak hanya dari Jember, tapi seniman nasional, dan juga mancanegara.
“Even ini cikal bakal kami, mengembangkan konsep wisata pedesaan. HIDORA (Hiduplah Indonesia Raya) adalah sebuah komunitas pergerakan, bukan ormas, dan bukan pula bagian dari partai politik. HIDORA terdiri dari berbagai komponen masyarakat yang bergabung dengan sukarela. Baik dari kalangan pengusaha, dosen, mahasiswa, pelajar, seniman, jurnalis, pegawai negeri, petani, nelayan, dan lain sebagainya,” kata Andri.
HIDORA sendiri berbasis di Kabupaten Banyuwangi, dan telah melakukan aktivitas-aktivitas pendampingan di desa-desa di Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Jember. “Kami memiliki konsep melestarikan alam, lingkungan hidup, serta budaya, melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat, seperti pengembangan wisata desa, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan peningkatan ekonomi warga desa melalui UMKM,” pungkasnya.