MALANG, FaktualNews.co – Candi Kidal, dikenal sebagai tempat persemayaman Raja Anusapati, raja kedua Kerajaan Singhasari. Candi Hindu yang ada di Kabupaten Malang ini dibangun pada pada 1248 M. Bertepatan dengan upacara pemakaman Cradha untuk Raja Anusapati berakhir dan selesai pada 1260 M.
Raja Anusapati merupakan anak Kendedes bersama Tunggul Ametung. Candi Kidal terbuat dari batu andesit dan berdimensi geometris vertikal.
Dilansir dari Pesona.Travel, kaki Candi Kidal membentuk bujur sangkar, agak tinggi dengan anak tangga kecil. Ukuran tubuh candi lebih kecil dibandingkan luas kaki serta atapnya sehingga terlihat ramping. Pada kaki dan tubuh candi terdapat hiasan medalion. Atap candi terdiri dari tiga bagian. Paling atas permukaannya cukup luas, tanpa hiasan atap seperti ratna atau stupa.
Masing-masing lapisan disisakan ruang luas dan diberi hiasan. Konon, pada awal pembuatannya, tiap pojok lapisan atap candi ditempatkan berlian kecil. Candi Kidal dilengkapi dengan hiasan kepala raksasa yang menyeramkan dengan matanya melotot penuh. Mulutnya terbuka dengan dua taringnya yang besar dan bengkok memberi kesan dominan.
Taring tersebut, diidentikkan sebagai ciri khas candi corak Jawa Timuran. Sementara di sudut kiri dan kanannya, terdapat jari tangan yang siap menerkam. Merunut catatan sejarah, Candi Kidal merupakan candi paling tua dari peninggalan candi-candi di Jawa Timur, meski telah mendapat rekonstruksi pada tahun 1990.
Ciri khas candi ini adalah adanya narasi cerita Garuda terlengkap yang terpahat pada kakinya. Cara membacanya cukup unik. Yakni berjalan melawan arah jarum jam, dan dimulai dari sisi Selatan. Relief pertama, Garuda menggendong tiga ekor ular besar, relief kedua, Garuda dengan kendi di atas kepala, dan relief ketiga Garuda menyangga seorang wanita di atasnya.
Ketiga relief ini menggambarkan perjalanan Garuda membebaskan ibunya dari perbudakan.
Candi Kidal lebih dikenal merupakan tempat diruwatnya Raja Anusapati dan dimuliakan sebagai Siwa. Anusapati sangat berbakti dan mencintai Kendedes, ibunya. Dia ingin ibunya lepas dari penderitaan dan nestapa salama hidupnya.
Menjadi suci kembali dan wanita sempurna. Ini tergambar dalam relief Garudeya. Mengambarkan bakti Anusapati kepada Kendedes yang cantik jelita namun nestapa hidupnya. Kini, selain sebagai situs bersejarah, Candi Kidal kerap digunakan tempat untuk berlatih tari topeng.
Bahkan, pertunjukan dari berbagai sanggar yang berada di Malang. Para penari ini, biasanya berlatih tari topeng setiap libur atau hari Minggu. Jadi, kalau ingin belajar sejarah sekaligus belajar menari topeng, Candi Kidal menjadi satu-satunya lokasi yang tepat untuk mempelajarinya.