FaktualNews.co

Intip Sejarah Gereja Bleduk Semarang

Wisata     Dibaca : 3009 kali Penulis:
Intip Sejarah Gereja Bleduk Semarang
Pesona.Travel
Gereja Blenduk Semarang

FaktualNews.co – Gereja Blenduk yang bernama asli GPIB Immanuel, terletak di kawasan Kota Lama Semarang, menjadi salah stu obyek utama wisata sejarah dan religi.

Gereja yang didirikan pada 1753, bangunan bergaya desain Neo Klasik ini terlihat sangat menonjol dengan kubah besar berlapis perunggu. Nama Blenduk adalah julukan dari masyarakat setempat yang berarti kubah.

Saat pertamakali dibangun, Gereja Blenduk memakai arsitektur tradisional Jawa dalam wujud rumah panggung. Tetapi kemudian mengalami beberapa kali perombakan, yaitu pada 1787, dengan perombakan total. Berlanjut pada 1794, dan pemugaran terakhir pada 1894 oleh W. Westmas dan H.PA. De Wilde yang sekaligus mengalami penambahan 2 menara. Sejak itu, Gereja Blenduk tetap berdiri kokoh hingga saat ini.

Bentuk Gejera Blenduk memang unik, terutama di bagian kubah besarnya. Bagian ini yang menjadi fokus dari keseluruhan bagunan luarnya, dengan dua menara kecil membuat keseluruhan desain terlihat sangat khas. Kubah berwarna kecoklatan, sangat kontras dengan dinding yang bewarna putih bersih.

Gereja Blenduk menghadap kearah selatan dan memiliki tiga pintu masing-masing di depan dan di sisi kiri dan sisi kanan. Ketiganya dilengkapi pilar dan portico atau hiasan facade gaya Dorik Romawi dengan atap model pelana kuda. Sebelum memasuk ruangan gereja, pengunjung disambut dengan pintu model ganda dari material kayu dan berbentuk lengkungan di bagian atasnya. Jendelanya bergaya krepyak, dan kaca berwarna-warni.

Dalam ruangan utama terdapat beberapa interior yang menarik untuk diamati. Bangunan kuno dengan lantai yang ubin penuh ornamen warna kuning,coklat dan hitam yang dipadu dengan kursi untuk para jamaat berderet rapi terbuat dari kayu dikombinasi dengan rotan.

Di depan deretan kursi terdapat mimbar untuk paduan suara yang di dalamnya terdapat organ pipa atau orgel kuno bergaya barok buatan sekitar tahun 1700. Meski sudah tidak bisa dipakai lagi, keberadaan kedua alat musik lama ini mampu membuat interior ruang paduan suara ini terlihat makin khas.

Tidak jauh dari tempat orgel terdapat hiasan patung dalam wujud seorang bidadari bersayap sedang memainkan alat musik harpa dan di belakangnya terdapat patung yang juga berwujud bidadari bersayap sedang meniup terompet.

Gereja ini hingga saat ini masih dipergunakan untuk tempat ibadah pada hari Minggu dan hari besar Kristiani lainnya. Jika ingin masuk melihat sebagai wisata rohani, atau melihat pesona arsitektur yang ada di dalamnya, wajib mengisi buku tamu dan mengisi sumbangan sukarela, diluar waktu peribadatan. Seperti dilansir dari Pesona.Travel.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
S. Ipul
Tags