Kuliner

Kampung Pia Pasuruan, Merubah Ekonomi Warga Jadi Terangkat

PASURUAN, FaktualNews.co – Kampung Pia, yang berada di Dusun Kauman Baru, Desa Gempol, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, merupakan gudangnya kue pia. Sejak beberapa tahun lalu dikenal oleh masyarakat sekitar Kabupaten Pasuruan dan daerah-daerah sekitar seperti Sidoarjo, Malang, Probolinggo dan Surabaya.

Dengan julukan ‘Kampung Pia’ sebagian besar warga sekitar desa ini, terus berinovasi dengan menciptakan menu yang berbeda dengan pia lainnya yang banyak dikenal. Dengan berbagai macam makanan jenis pia dan bolen. Di kampung ini, hampir setiap rumah dapat menghasilkan rupiah karena warganya tak mau ketinggalan untuk bangkit.

Banyaknya Home Industri di kampung pia ini, mampu merubah ekonomi warga sekitar. Salah satunya Pia Mami yang sudah memiliki banyak pangsa cukup besar. Wahyu Elizabeth Yunita (41), pemilik usaha ini mengaku dalam sehari bisa memproduksi pia sebanyak 1.500 kilogram atau 1,5 ton.”Pesanan akhir-akhir ini terus meningkat,” katanya, Minggu (16/12/2018).

Banyaknya pesanan pia yang diproduksi, ternyata tak lepas dari inovasi varian rasa yang beragam. Mulai dari pia dengan rasa original, kacang hijau, cokelat, nanas, tape, pisang cokelat. Home produksi ini juga memudahkan pembeli, karena disediakan paduan 5 varian rasa itu, dijadikan satu dalam kardus kotak berukuran 20X10 cm.

Diakui oleh Wahyu, banyaknya varian tersebut, karena mengikuti selera konsumen. Bahkan tak jarang mereka tanya soal rasanya. Karena banyak yang dikenal dengan rasa kacang hijau.

“Paling spesial adalah pia rasa durian dan original, karena memang enak dan harganya juga tidak mahal. Sehingga bisa dijangkau konsumen,” paparnya.

Perempuan ini mengaku, satu kotak, berisi 10-12 pia dijual dengan harga hanya Rp 9.500. Sementara untuk ukuran bolen (sejenis pia dengan ukuran lebih besar) dijual dengan harga Rp 25.000 – Rp 27.500 per kotak. Harga yang murah, membuat Elizabeth kuwalahan dengan banyaknya pesanan yang datang setiap harinya. Sehingga terus menambah bahan.

Mulai dari tetangga sekitar sampai beberapa kota/kabupaten di Jawa Timur. Diantaranya seperti Malang, Surabaya, Madura, Mojokerto, Probolinggo dan Pasuruan. Bisnis yang melejit ini tidak serta merta langsung mendapatkan pasarnya. Namun dibutuhkan kerja keras yang ekstra.”Tanpa usaha keras disertai doa, tidak akan berhasil,” terang Wahyu.

Sampai saat ini, Wahyu sudah memiliki total 100 karyawan dengan tugas masing-masing. Mulai dari memilih tepung terigu sampai proses akhir, yakni packing kemasan. Seluruh proses produksi diawasinya sendiri bersama sang adik iparnya.“Saya akan perluas, supaya pembeli juga leluasa untuk berlama-lama di sini,” ungkapnya.

Biasanya, permintaan pia terbanyak untuk keperluan hajatan (orang menikah, sunatan) sebagai souvenir atau buah tangan, dan dibeli oleh sales-sales yang akan menjualnya kembali ke pelanggannya.“Paling banyak ke Pasar Kembang Surabaya, kalau di Jawa Timur. Sekarang sudah ke Jakarta. Bahkan di kota-kota lainnya,” jelas dia.

Bisnis ini pun membuat Wahyu mendapatkan keuntungan berlimpah. Ia pun bisa menggaji pegawai sesuai pekerjaannya, juga mampu melanjutkan pendidikan anak dan memperluas usaha yang dirintis sejak tahun 2010 lalu.“Yang penting semuanya bisa berjalan lancar. Yang pasti semua karyawan gajinya tak terlambat,” pungkasnya.