FaktualNews.co

Jare Cak Besut

Harta, Tahta dan Wanita Sang Putra Mahkota

Jare Cak Besut     Dibaca : 2305 kali Penulis:
Harta, Tahta dan Wanita Sang Putra Mahkota
Jare Cak Besut

“Yu…kopi biasane…” cetus Cak Besut siang ini sambil meluruskan kakinya yang penuh lumpur diatas amben depan warung Yu Rusmini.
“eh Cak Besut, wes mari ta oleh mbrojol,” jawab Yus Rusmini terus melayani pembeli yang laen.
“Jek kurang Yu,” Cak besut  menjawab singkat. Tiba-tiba Man Gondo yang sedari tadi berada didalam warung keluar dan duduk disamping Cak Besut.

“Cak, aku kok jek penasaran karo cerito sampean wingi, ndang aku pengen ngerti cak mumpung awan-awan ngene enak gae rasan-rasan,” kata Man Gondo dibarengi suara tawa. Yu Rusmini yang mendengar percakapan kedua sahabat ini, langsung menimpali agar Cak Besut melanjutkan ceritanya kembali.
“Oala seng putro putri ne Adipati Jomplang…yo sek tak ngopi disek terus tak lanjut,” tukas Cak Besut sambil tetap membersihkan kakinya dari lumpur sawah.

Tak berselang lama, Yu Rusmini datang menyuguhkan kopi pesanan Cak Besut. Tanpa dikomando Cak Besut langsung menyeruput kopi hitam kental bikinan Yu Rusmini. Dari kejauhan nampak Lek Sumo bergegas mendatangi tempat Cak Besut ngopi.
“Aku melok nimbrung, aku krungu ceritone tok poleh melok penasaran,” kata Lek Sumo mengambil posisi diamben yang berdekatan dengan amben Cak Besut.

Cak Besut yang dikenal seantero kampung sebagai sosok yang kritis inipun mengawali kisah nya hari ini. “Wingi kan wes tak ceritani masalah pajak jabatan, itu semua hanya sebagian kecil dari perilaku putra sang Adipati Jomplang,” ujar Cak Besut. Ia melanjutkan, putra Sang Adipati tidak hanya pandai memanfaatkan jabatan yang diemban Sang Adipati. Sebagai putra Mahkota, ia juga kerap memainkan posisi sebagai penentu dalam menjalankan roda pemerintahan. Tidak hanya mampu mengumpulkan harta dengan tahta yang ia miliki, bak don juan putra mahkota inipun dikenal cukup piawai merangkul sejumlah wanita dalam pelukannya.

“Sri seng mantan sinden iku dipisahno teko bojone terus krungu-krungu didadekno selir karo putro ne Adipati,” ulas Cak Besut. Man Gondo yang bisa ndomblong pun langsung menyahut.
“Sek…sekk…cak, Sri iku jeneng lengkape Sri Wilujeng ta ? ndisek manggone daerah sawah seng sak iki riko garap ikut a ?,” potong Man Gondo.
“Loh kok ngerti, engkok ndang tahu mbok sawer Man?,” tanya Cak Besut penuh selidik
“Yo ngerti ae Cak lek iku, tapi mosok yo kuat aku bandani, iso-iso tegalan ku cuma cukup sewengi gawe ijol sawah sak kedok nggonane Sri iku,” sungut Man Gondo. Ekspresi lugu Man Gondo ini langsung mengundang tawa yang laen. Tidak luput tawa manja Yu Rusmini yang masih sibuk cuci gelas kotor sisa kopi para pelanggan.

“Wongduwe duit lapo kok gak mesisan nuku artis VA koyok seng rame dek wingi yo,” sahut Lek Sumo.
“kudune iso ae lek, wong duit olehe gampang, kari ngatur sana sini, tapi koyok e luweh enek tantangane lek gendaan karo bojone wong terus sampek iso misahno iku lek,” tambah Man Gondo.
“Sri iku yo tahu dijak nang daerah pegunungan kono loh, sewaktu lurah-lurah kumpul, Sri alasane dikongkon nyanyi, tapi pangeran iki melok nginep karo Sri,” tambah Cak Besut.

Suami Sri sendiri merupakan sopir, sempat dibelikan mobil agar bisa bekerja sebagai sopir taksi online. Namun ditengah perjalanan menurut Cak Besut, sang pangeran malah meminta orang suruhannya untuk mencari pengacara guna mengurus perceraian Sri dan suaminya.Karena itulah, lanjut Cak Besut, segala transaksi keuangan yang diperoleh dari setoran poro abdi dalem kadipaten ini memakai nama Sri. Agar lebih mudah dalam hal pencucian uang.

“Iso ugo ben Sri makin terkiwir-kiwir karo sang pangeran,” tambah Cak Besut.
“Wes ojo rasan-rasan sawah sak kedok ae, kurang ta seng nang omah, lek jek kurang kongkon mrene ben tak uruki carane goyang ngudek kopi lek jek kurang ae aku yo duwe ramuan manjur,” sergah Yu Rusmini.
“Opo iku Yu, ramuan madura ta ?,” tanya Cak Besut
“Halah iku kuno, iki ajian pring cagak radio, tambah njengking tambah jero,” balas Yu Rusmini sembari menebar senyum penuh arti.
“Ojo garai penasaran Yu…ket biyen lek njengking yo jeruh,” timpal Lek Sumo.
“Haduh mak e arek-arek lek dikongkon ngunu aku seng wedi, mlumah ae koyok buto, ndaniyo jengking opo gak koyok kuda nil,” seloroh Man Gondo
“Eee…ojo ngeres…maksud e tambah njengking tambah jeruu iku oleh e macul, dadi lek wong lanang-lanang jek gak bersyukur karo bojone seng nang omah diuruki goyang udek kopi jek kurang ae yo tak kongkon macul ndase lek pas turu, babah ta dipenjara seng penting lego,” sewot Yu Rusmini setengah berteriak.

Mendengar penjelasan Yu Rusmini, Cak Besut, Man Gondo dan Lek Sumo pun tertawa lepas. “Ouw…kok anarkis ngunu Yu peno, malah ngajari seng gak bener,” timpal Man Gondo sambil terus tertawa.
“Wes, wesss…hoppp…kembali ke lap…..toppppp,” keempat sekawan ini serempak menirukan perkataan presenter ndeso rejeki kuto ala Tukul Arwana. Cak Besut kemudian melanjutkan ceritanya. Sebelum dengan Sri Wilujeng, putra Mahkota ini juga dikenal kerap bergonta-ganti pasangan. Bahkan sejak dulu dalam meraih tahta yang ia inginkan,  ia juga dikenal gemar mengumpulkan segala sumber harta baik yang halal maupun tidak. Tiga godaan terbesar dari laki-laki seakan sudah melekat pada sosok sang Pangeran. Harta, Tahta, dan Wanita Sang Putra Mahkota  Jare Cak Besut menutup ceritanya.

Meski disadari ketiganya disebut-sebut sebagai biang keladi terhadap kehancuran. Pepatah menyebut seorang lelaki yang tergoda akan ketiga hal itu akan luluh dan kehilangan arah. Ketiga elemen ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Ketika seorang laki-laki mengejar satu hal, maka ia akan dikejar oleh dua hal yang lain. Sejumlah pertanyaan sama pasti akan muncul tentang bagaimana seorang laki-laki dapat keluar dari lingkaran setan itu?

Jawabannya adalah tidak bisa! Mereka memang harus masuk ke dalamnya dan menghadapinya. ‘Sekali masuk ke dalam Black Hole, maka selamanya tidak dapat keluar lagi – Stephen Hawking’. Karena itulah cara hidup ini bekerja. Kita harus berusaha untuk menyeimbangkan antara ketiga hal tersebut, menekan nafsu, dan mencoba terus berfikir positif.

Jare Cak Besut : ‘akeh manungsa ngutamakake dunyo, lali sanak lali kadang. – akeh bapa lali anak, wong wadon lali bojo, anak nladhung biyunge. – Sedulur padha cidra, kulawarga padha curiga, – konco dadi mungsuh, manungsa lali asale’

Oleh :Adi Susanto

* Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Tim Redaksi FN