SUMENEP, FaktualNews.co – Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) PT Energi Mineral Langgeng (EML) mengapresiasi inisiatif-inisiatif masyarakat yang mengkampanyekan kesadaran terhadap pelestarian lingkungan.
Hal itu antara lain diwujudkan dalam bentuk bantuan fasilitas edukasi kepada Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Rèng Pasèsèr Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep.
Public Relation Coordinator PT EML, Nur Hidayat menuturkan, pihaknya sangat mengapresiasi semangat dan dedikasi para pemuda yang tergabung dalam Pokmaswas Rèng Pasèsèr.
“Apa yang telah dilakukan oleh kelompok ini dalam dua tahun terakhir sangat mengesankan,” ujarnya, Jumat (11/1/2019).
Dia menambahkan, status EML masih dalam tahap eksplorasi dan dukungan yang diberikan juga masih sangat terbatas. “Tapi kami tetap berusaha memberikan kontribusi positif terhadap inisiatif-inisiatif dan kearifan lokal semacam ini. Sebab, kelestarian lingkungan adalah tanggung jawab kita semua,” tutur Hidayat.
Perusahaan yang dimiliki oleh Wakil Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) ini mendapatkan amanat untuk mengelola wilayah kerja South East Madura Block. Saat ini, PT EML sedang melakukan pengeboran sumur eksplorasi ENC-02 di Desa Tanjung Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep.
Dari sisi usia, Pokmaswas Rèng Pasèsèr belum genap tiga tahun berdiri, alias masih batita. Tapi, kiprah lembaga yang dimotori sekelompok anak muda dari Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep ini telah jauh melampaui usianya.
Embrio kelompok yang bergerak dalam pendidikan dan pengawasan bidang kelautan dan perikanan ini, baru muncul akhir 2016. Karena tekad dan kesungguhannya, pada 21 Februari 2017, kelompok yang dimotori oleh beberapa pemuda dari Desa Tanjung, Desa Kebundadap Timur dan Desa Pagarbatu ini mendapatkan pengukuhan dari Dinas Perikanan Kabupaten Sumenep.
Setelah itu, kelompok yang dikomandani oleh Maskur Riyanto ini segera tancap gas. Kegiatan yang diikuti pertama kali adalah pelatihan diving yang diselenggarakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur. Bertempat di wilayah perairan Pasir Putih, pelatihan yang digelar pada 11 April 2017 itu diikuti oleh seluruh Pokmaswas yang ada di Jawa Timur.
“Alhamdulillah, saat ini saya dan satu orang anggota Pokmaswas Rèng Pasèsèr sudah memiliki sertifikat diving,” kata Maskur.
Setelah memiliki sertifikat diving, Maskur dan timnya kemudian menimba ilmu manajemen ekowisata. Pada saat itu, Pulau Gili Labak yang dikenal sebagai “Surga Yang Tersembunyi” kebetulan sedang gencar-gencarnya dipromosikan oleh Pemerintah Kabupaten Sumenep.
Berbekal keterampilan diving dan pengetahuan dasar manajemen ekowisata itu, Maskur dan kawan-kawannya juga berkecimpung sebagai pemandu wisata ke Pulau Gili Labak. Kebetulan, Pelabuhan Desa Tanjung yang berdekatan dengan sentra aktivitas kelompok ini adalah salah satu akses yang paling diminati wisatawan yang hendak menyeberang ke Pulau Gili Labak.
“Hampir tiap akhir pekan, kami mendampingi tamu yang ingin menikmati indahnya wisata Pulau Gili Labak,” ujar Didik Junaidi, Bendahara Pokmaswas Rèng Pasèsèr.
Kesempatan itu, menurut dia, dimanfaatkan juga oleh timnya untuk memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan laut. “Alhamdulillah, akhir tahun 2018, kami mendapatkan dukungan dalam bentuk bantuan kaos dan peralatan untuk kampanye edukasi lingkungan dari PT EML,” ungkap Didik.
Selama dua tahun ini, kata Didik, pihaknya terus berusaha meningkatkan kapasitas lembaga dan pengurusnya. Karena itu, mereka tidak segan-segan mengikuti berbagai pelatihan atau studi terkait bidang yang digeluti.
Kelompok ini cukup aktif memanfaatkan media sosial untuk mengkampanyekan gagasan dan aktivitasnya. Sedikitnya ada empat platform media sosial yang digunakan, yakni Facebook, Twitter, Instagram dan Youtube Channel. “Semua akunnya sama: @rengpaseser,” kata Fadel Abu Aufa, Sekretaris Pokmaswas Rèng Pasèsèr.
Ke depan, Pokmaswas Rèng Pasèsèr berencana mengembangkan destinasi wisata hutan mangrove di wilayahnya. Rintisan ke arah sana, sudah dilakukan dengan merehabilitasi hutan mangrove di Desa Kebundadap Timur. Kegiatan tersebut difasilitasi dukungan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur.
“Ada potensi hutan mangrove sekitar 6,2 hektare yang bisa dikembangkan sebagai destinasi wisata baru,” imbuhnya.
“Dengan segala keterbatasan yang ada, kami ingin mewujudkan mimpi besar itu,” pungkas Fadel. (*)