FaktualNews.co

Miniatur Mobil dari Limbah Kayu Asal Pasuruan, Merambah Pasar Turki

Ekonomi     Dibaca : 1430 kali Penulis:
Miniatur Mobil dari Limbah Kayu Asal Pasuruan, Merambah Pasar Turki
FaktualNews.co/Aziz/
Sisa kayu mebel yang biasanya dibuat kayu bakar, dimanfaatkan oleh Hasanudin, pemuda asal Desa Sruwi, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan.

PASURUAN, FaktualNews.co – Tumpukkan kayu berbagai potongan tampak menggunung di depan rumah sederhana milik Hasanudin (30), warga Desa Sruwi, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan. Potongan kayu dibiarkan bertumpuk. Bahkan sebagian masih tampak ala kadarnya, namun ada yang sudah dipotong kecil-kecil dan halus untuk model ukiran miniatur.

Sedangkan di ruang tamu tampak miniatur mobil yang belum diplitur (dicat) menumpuk di ruang utama. Tak hanya miniatur mobil, ada juga bonsai mini, pedang dan juga kapak dari kayu.“Ini masih belum selesai. Jadi sengaja dibiarkan menumpuk seperti ini, karena akan digarap,” ujar Hasanuddin, perajin miniatur kayu, saat ditemui di rumahnya, Minggu (13/1/2019).

Di rumah sederhana dengan ruang tamu seluas 4 kali 6 meter menjadi bengkel kerja bagi Hasanuddin sejak 2 tahun ini mulai usahanya. Sebelumnya, ia memang sebagai perajin mebel. Dengan modal itulah, Hasanudin mulai merambah sebagai perajin miniatur mobil dan bonsai secara otodidak. Usaha itu ia lakukan karena inginkan ada bakat seninya tersalurkan.

Sebagai putra bungsu dari 3 bersaudara, anak petani ini memang tak punya biaya untuk melanjutkan sekolah selepas lulus dari Pondok Pesantren saat usianya 17 tahun. Karena di Desa Sruwi banyak perajin mebel. Akhirnya ia memulai belajar untuk menjadi tukang mebel. Selama 3 tahun lebih menjadi pekerja mebel, karena garapan sering sepi, ia nekat merantau ke luar daerah.

“Akhirnya saya mencoba merantau ke berbagai daerah mulai dari Makassar, Tulungagung sampai Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Karena saya punya keahlian mebel, tentunya gak sulit mencari pekerjaan di sana. Upaya untuk berkembang lebih baik lagi terus saya lakukan agar bisa berhasil tidak menggantungkan orang lain,” urainya.

Kelihaian membuat minitur sendiri mulai terlihat ketika di Tulungagung, saat itu di tahun 2009, Hasanudin mengaku kalau malam memang sering menganggur. Karena tidak ada pekerjaan, mulailah ia berkreasi dengan membuat miniatur mobil dengan bahan baku sisa-sisa mebel bekas.“Waktu itu hanya hobi saja. Saya lihatkan ke pemilik katanya bagus dan akhirnya dibeli sama bos,” ucap dia.

Setelah itu dirinya sempat melupakan perihal kerajinan tersebut. Sampai akhirnya kembali lagi ke kawasan Winongan dan sempat menjadi tukang mebel lagi. Baru di tahun 2015 lalu, Hasanudin mulai memikirkan tentang kreasi miniaturnya. Ia bertekad ingin memulai usaha sendiri lantaran mebel saat itu garapannya naik turun.

Awalnya, Hasanudin membuat miniatur bonsai dari limbah mebel yang dijual untuk kayu bakar. Dari limbah tersebut dibelinya seharga Rp 15 ribu per karung besar. Biasanya sisa kayu itu dibuat kayu bakar. Namun ditangan Hasanudin dibuat miniatur yang berseni tinggi. Untuk bonsai kayu, ia mencari pasar terlebih dahulu hingga ke Surabaya.

Saat usaha itulah, ia justru bertemu dengan Solikin, warga Bayeman, Kota Pasuruan yang bisa mengekspor hasil kreasi ke Turki. Termasuk di Turki ada pak Kemal yang menerima garapan kerajinannya. Dari yang awalnya bonsai, justru diakhir 2015 lalu, permintaan yang cukup meningkat adalah garapan mobil klasik dari kayu sisa.

Awalnya Hasanudin secara mandiri bisa membuat 3 buah dalam seminggu. Namun karena permintaan tinggi, sehingga ditambah 9 tenaga kerja perempuan dan 4 laki-laki yang rutin membantu membuat miniatur mobil dan bonsai.”Kalau ada pesanan khusus, saya bisa buatkan seperti pedang, kapak dan kayu. Namun yang paling laris adalah miniatur mobil klasik,” katanya.

Untuk mobil klasik sendiri dikatakan harganya sangat terjangkau yaitu Rp 25 ribu, dan Rp 15 ribu untuk bonsai kecil. Namun pasarnya saat ini memang langsung dikirim ke Turki, sedangkan pasar lokal masih belum ada.“Sudah beberapa kali juga ikut pameran baik dibawa desa ataupun pihak kecamatan,” ungkap Hasanudin.

Saat ini dengan keterbatasan tenaga kerja dan modal yang dimilikinya. Hasanudin hanya mampu membuat 1.500 mobil klasik hanya dalam sebulan dan kerajinan lain sebanyak 300 buah seperti bonsai atau kapak. Dengan jumlah tersebut sebenarnya permintaan masih tinggi dari Turki, namun ia tak mampu untuk memenuhinya.

Garapan yang rapi, detail dan halus membuat hasil kerajinannya banyak disukai hingga ekspor.“Keinginan saya bisa terus tambah produksi, tapi faktor tenaga kerja dan terutama modal memang masih menjadi kendala. Tapi saya senang sudah dapat memiliki usaha sendiri dan dapat membantu para tetangga,” pungkasnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Nurul Yaqin
Tags