Bisnis Penerbangan di Jember Tidak Bisa Hanya Andalkan Musim Haji dan Umroh
JEMBER, FaktualNews.co – Untuk mendongkrak bisnis penerbangan di Kabupaten Jember, Jawa Timu, tidak hanya mengandalkan rencana embarkasi antara haji dan umrah. Sebab, durasi keberangkatannya tidak rutin dengan jangka waktu yang tidak berulang-ulang.
Pernyataan tersebut disampaikan langsung Pengamat Penerbangan dan anggota Komisi Ombudsman RI Alvin Lie menyikapi bagaimana mengembangkan potensi bisnis penerbangan di kota tembakau ini.
“Kalau cuma dari haji saja tidak cukup. Haji itu kan pemberangkatan paling dua minggu dalam setahun. Ada 52 minggu dalam setahun. Terus 50 minggu dalam setahun mau hidup dari mana, kan harus diperhitungkan. Jamaah umrah juga tidak semua berangkat dari Jember. Mereka tidak bisa dipaksakan,” kata Alvin, Rabu (23/1/2019).
Menurut Alvin, Pemkab Jember harus memiliki pertimbangan lain, dan sedapatnya mengembangkan daya tarik multi aspek. Sehingga tidak fokus pada pembangunan bandara, tapi fokus pada Jember.
“Kembangkan kawasan Jember, apa yang membuat orang mau datang. Haji dan umrah hanya memberangkatkan orang sekitar Jember, tapin tidak mendatangkan orang luar. Kalau ramainya pesawat hanya one way (Jember ke Surabaya), airlines juga rugi,” katanya.
Daya tarik daerah menjadi kunci bisnis penerbangan di Jember. Karena saat ini harus menghadapi persaingan dengan Banyuwangi. Dua kota ini berdekatan, namun sama-sama memiliki bandara.
“Di Jawa Tengah, ada tiga bandara kelas menengah yang berdekatan. Tapi karena punya pasar sendiri-sendiri, tetap hidup. Kalau di Jatim, Banyuwangi dan Jember ini bukan soal bandaranya, tapi tergantung Pemda mempromosikan daerah masing-masing,” terangnya.
Sehingga menurutnya, keberadaan bandara harus didukung dengan berbagai daya tarik daerah. Semisal daya tarik ekonomi, perdagangan, perindustrian, pertanian, pertambangan. Ada juga daya tarik politik, misal ibu kota provinsi. Ada daya tarik sosial, ada kebudayaan, kesenian, pendidikan, kuliner untuk wisata.
“Bahkan sekarang ada wisata kesehatan. Ini kan harus dipromosikan. Sekarang Jember ini apa yang dipromosikan dan harus memberi alasan orang datang ke Jember,” jelasnya.
Alvin juga menyarankan perlu adanya identifikasi karakteristik penumpang pesawat yang datang ke Jember. Dari mana mereka yang terbang ke Jember. Apakah dari Jakarta atau mau menarik dari luar pulau. Sehingga rute berpengaruh.
“Kalau cuma dari Jakarta, ada saingan dengan tol trans Jawa. Tapi kalau dari luar pulau, kan tidak ada saingannya. Pesaingnya cuma kapal. Tapi Jember ini mau dikembangkan sebagai bandara apa, penumpang, atau kargo. Kalau kargo, harus ada perdagangan dan perindustrian, kargo masuk dan keluar,” tandasnya.