FaktualNews.co

Ratusan Perusahaan di Pasuruan Manfaatkan Air Hutan, Tapi Enggan Konservasi

Peristiwa     Dibaca : 1082 kali Penulis:
Ratusan Perusahaan di Pasuruan Manfaatkan Air Hutan, Tapi Enggan Konservasi
FaktualNews.co/Abdul Aziz/
Kondisi perbukitan di kawasan Kecamatan Puspo yang sebagian terjadinya alih fungsi hutan.

PASURUAN, FaktualNews.co – Kawasan Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, yang merupakan cekungan dengan dikeliling hamparan pegunungan, tentunya banyak menyimpan sumber air. Namun dari segi pelestarian hutan di kawasan selatan Kabupaten Pasuruan, selama ini kurang terawat.

Bahkan terkesan dibiarkan oleh pihak-pihak terkait. Upaya konservasi yang dengan tujuan untuk menyimpan kandungan air di areal lereng Bromo inipun juga jarang dilakukan. Ditambah dengan tak sedikitnya aksi alih fungsi hutan hingga menambah kelengkapan ancaman bencana longsor atau banjir bandang seperti terjadi tahun 2015 lalu.

Meski banyaknya kalangan pegiat lingkungan ‘bernyanyi’ untuk kelestarian hutan, namun hanya dianggap angin lalu. Para pengusaha terus menyedot air dari dalam tanah tanpa melakukan upaya konsevarsi.

“Kurangnya konservasi dan adanya alih fungsi hutan, tentunya secara tak langsung ikut andil dalam ancaman kerusakan lingkungan yang bisa menimbulkan bencana,” ujar Syukur, pegiat lingkungan, Jumat (25/1/2019).

Ia mengapresiasi yang dilakukan para pegiat lingkungan lintas daerah di Jawa Timur yang menggelar Jambore Nandur di kawasan Desa Palangsari, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan, selama 2 hari. Diakuinya giat jambore konservasi dengan penanaman 10 ribu pohon sebagai upaya pelestarian di lereng Bromo agar tak rusak hutannya.

Menurut Yek Okong, panggilan akrab Syukur, dengan aksi konservasi melibatkan puluhan perusahaan ini, paling tidak bisa antisipasi ancaman bencana banjir bandang seperti yang pernah terjadi pada 2015 lalu, yang mengakibatkan banjir terparah di kawasan lereng Bromo. “Kami apresiasi konservasi ini,” ungkap Okong.

Dari Jambore nandur untuk konservasi tersebut, namun disayangkan. Pasalnya, dari sekitar 150 lebih perusahaan yang memanfaatkan air Kabupaten Pasuruan ini, hanya 46 yang hadir dan peduli ikut nandur. “Dari jambore ini melibatkan akademisi, pemerintah, masyarakat petani dan pegiat lingkungan,” ujar Sugianto, pegiat lingkungan dari si Hijau.

Menurut Sugianto konservasi itu, merupakan langkah konkrit untuk pelestarian di bekas lahan banjir bandang. “Kondisi konservasi ini, karena bekas banjir bandang masih utuh tidak ada rehabilitasi. Makanya kita fokuskan kesana. Kita jamin pohon yang ditanam hidup hingga 1 tahun ke depannya, karena terusan dirawat,” paparnya

Enggannya ratusan perusahaan tersebut untuk lakukan konservasi tanpa alasan yang jelas. Padahal upaya itu dilakukan untuk pelestarian hutan sebagai tangkapan dan menyimpan air untuk menyuplai kebutuhan sumber air Umbulan dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Rejoso, untuk masyarakat dan ratusan perusahaan yang memanfaatkannya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Z Arivin