Wisata

Melihat Keasyikan Mahasiswa Jepang Belajar Membatik di Jember

JEMBER, FaktualNews.co – Ingin mengenal lebih tentang batik khas Jember yang memiliki kekhasan corak warna dan pakem motif batik mencolok, sebelas warga negara asing (WNA) asal Jepang datang ke Kabupaten Jember. Mereka belajar mengenal dan mencoba mewarnai serta membatik secara langsung, dengan motif khas Jember yakni daun tembakau, biji kopi, biji kakao, dan edamame.

Diketahui sebelas WNA itu sedang melakukan program pertukaran mahasiswa dengan Universitas Jember (Unej). Satu orang dosen dengan 10 mahasiswa itu berasal dari Prefectural University of Hiroshima (PUH) Jepang.

Salah satu Mahasiswa Jepang Semester 6 Kimi Masai menyampaikan, aktifitas selama 10 hari di Jember dilakukan, untuk belajar tentang sosial budaya, terkait sistem pertanian, dan mengenal Batik Jember.

“Gambar dan motif batik ini (Jember) susah membuatnya. Saya suka dengan warna dan hasilnya,” kata Kimi dengan menggunakan Bahasa Inggris, Sabtu (23/2/2019).

Jepang pun juga mempunyai kain yang mirip dengan batik. Kata Kimi, namun berbeda dengan Batik Jember yang warnanya cemerlang. “Warna kain yang saya tahu (Jepang), hanya beberapa, seperti hitam, hijau, dan kuning. Tapi Batik Jember ini macam-macam dan bright (terang, red). Saya tapi ingin belajar membatik itu,” tandasnya.

Sementara itu, Owner dari Batik Resti’s Ambulu Imam Syafi’i menyampaikan, mengenali batik harus tahu dan paham bagaimana prosesnya. Sehingga setiap kali pengunjung datang ke butik miliknya itu, kata Imam, dirinya selalu memberikan informasi dan edukasi tentang apa batik itu.

“Batik itu, motif dan warnanya tembus. Jadi jika kain dibolak balik, tetap sama. Tidak hanya satu terang, satunya pudar. Itulah batik,” kata Imam saat dikonfirmasi wartawan.

Bahkan terkait pakem motif batik, kata Imam, setiap daerah berbeda-beda. “Untuk pakem motif, Jember itu Daun tembakau, biji kopi, biji kakao, dan edamame. Ini instruksi dari Disperindag, dan dari Dinas Perdagangan di Jawa Timur yang juga mengingatkan saya,” katanya.

Dengan mengetahui hal tersebut, katanya, mengetahui falsafah batik. “Sehingga semakin banyak wisatawan atau pengunjung datang ke tempat saya. Saya edukasi agar bener-bener paham. Bahkan batik cap, bukan yang dijual di pasaran. Sama juga dengan batik tulis. Namun motifnya sudah pakem dan warna pasti tembus,” tegasnya.